Ilustrasi. Foto: dok MI/Pius Erlangga.
Ade Hapsari Lestarini • 20 February 2025 09:59
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpantau kembali melemah pada perdagangan pagi ini. Mata uang Garuda ini tertekan sejak pembukaan perdagangan.
Mengacu data Bloomberg, Kamis, 20 Februari 2025, rupiah melemah hingga 30 poin atau 0,18 persen menjadi Rp16.354 per USD dibandingkan pembukaan perdagangan sebelumnya di posisi Rp16.324 per USD.
Sementara itu, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah melemah hingga 14 poin atau 0,0857 persen menjadi Rp16.344 per USD dibandingkan perdagangan sebelumnya di posisi Rp16.329 per USD.
(1).jpeg)
Ilustrasi mata uang rupiah dan dolar AS. Foto: dok MI/Adam Dwi
Dolar AS menguat
Mata uang dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan sore Rabu waktu setempat.
Melansir Xinhua, Kamis, 20 Februari 2025, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,11 persen menjadi 107,173 pada pukul 3:00 sore (2000 GMT).
Pada perdagangan sore di New York, euro turun menjadi 1,0425 dolar AS dari 1,0445 dolar pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2584 dolar dari 1,2597 dolar pada sesi sebelumnya.
Sementara dolar AS dibeli 151,52 yen Jepang, lebih rendah dari 151,92 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS menguat menjadi 0,9038 franc Swiss dari 0,9036 franc Swiss, dan naik menjadi 1,4232 dolar Kanada dari 1,4188 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,7225 kronor Swedia dari 10,7249 kronor Swedia.
Pejabat Federal Reserve sepakat pada Januari, pemotongan suku bunga lebih lanjut akan memerlukan kemajuan tambahan pada inflasi, menurut risalah rapat yang dirilis pada Rabu sore. Mereka juga menyuarakan kekhawatiran atas dampak tarif Presiden AS Donald Trump terhadap potensi inflasi.
FOMC dengan suara bulat memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga, setelah
link alternatif bolagacorgo88 tiga kali pemotongan berturut-turut pada 2024 yang totalnya mencapai satu poin persentase. Komite mencatat kebijakan saat ini "jauh lebih longgar" daripada sebelum pemotongan suku bunga, sehingga memberi waktu bagi anggota untuk mengevaluasi kondisi sebelum mengambil langkah tambahan.
"Dampak dari potensi perubahan dalam kebijakan perdagangan dan imigrasi serta permintaan konsumen yang kuat. Kontak bisnis di sejumlah Distrik telah mengindikasikan perusahaan akan mencoba meneruskan biaya input yang lebih tinggi kepada konsumen yang timbul dari potensi tarif," ujar Anggota FOMC, menurut ringkasan rapat.