Indonesia Gencar Cari Investor di World Economic Forum 2025

21 January 2025 13:24

World Economic Forum resmi dibuka di Davos, Swiss, pekan ini. Indonesia sebagai negara berkembang memanfaatkan World Economic Forum ini untuk mempromosikan potensi hilirisasi industri, energi terbarukan, dan transformasi digital di dunia internasional.

Dalam World Economic Forum 2025, Indonesia ingin mempromosikan potensi investasi dengan memposisikan diri sebagai destinasi investasi terbaik. Transisi energi menuju renewable energy menjadi prioritas Indonesia untuk menarik para investor. 

World Economic Forum 2025 menjadi sebuah momentum penting bagi para pemimpinan dunia untuk berkumpul menjawab beberapa keresahan isu atau tantangan global yang melanda dunia. Salah satunya terkait ketidakpastian geopolitik yang memengaruhi situasi ekonomi di beberapa wilayah.

Kehadiran Indonesia dalam World Economic Forum di Davos, Swiss, merupakan bentuk eksistensi nyata bahwa Indonesia siap untuk membuka diri dengan segala potensi kerja sama dalam berbagai sektor.
 

Baca juga: Presiden WEF Optimistis terhadap Ekonomi Tiongkok

Adapun tema yang diangkat World Economic Forum 2025 ialah "Collaboration for the Intelligent Age (Kolaborasi untuk Era Cerdas)". Dialog-dialog pun diarahkan ke persoalan seluruh negara yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Ada sebuah pemahaman bahwa kemajuan sebuah bangsa bisa terjadi ketika berhasil menguasai teknologi. Penguasaan teknologi itu tentu akan berdampak nyata pada penguasaan pasar.

Lima isu penting yang diharapkan bisa tercapai dalam World Economic Forum 2025. Isu-isu tersebut antara lain:
  1. Menata Ulang Pertumbuhan.
  2. Industri di Era Cerdas.
  3. Berinvestasi pada Manusia.
  4. Menjaga Planet.
  5. Membangun Kembali Kepercayaan.

Presiden dan CEO WEF, Borge Brende, menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan tindakan kolaboratif, dengan mengatakan pertemuan tahunan tersebut digelar saat ketidakpastian global yang lebih tinggi daripada yang pernah dilihat dalam satu generasi, yang didorong oleh ketegangan geopolitik, fragmentasi ekonomi, dan percepatan perubahan iklim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Silvana Febriari)