Kata IAAI soal Polemik Pemasangan Chattra Borobudur

11 September 2024 18:49

Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) merespons rencana peresmian pemasangan chattra atau payung Candi Borobudur yang menurut informasi akan dilakukan pada 18 September 2024. Bahkan di media sosial muncul tagar #PrayForBorobudur.

Tagar itu dicuitkan sejumlah akun di media sosial X setelah muncul informasi terkait rencana pemasangan chattra mahkota pada Candi Borobudur. Berdasarkan informasi yang beredar, pemasangan chattra Borobudur akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. 

Menyikapi itu, IAAI menyatakan menolak rencana tersebut karena kajian yang dilakukan oleh BRIN  yang dijadikan dasar pemasangan chattra dinilai tidak memenuhi aspek akademis dan prosedur. 
 

Baca:
Pemasangan Chattra Candi Borobudur harus Ikuti Aturan Perundangan

Pandangan IAAI adalah pemasangan chattra tersebut tidak berdasarkan bukti ilmiah, tapi hanya mereka-reka. Selain itu prosedur kajian tidak sesuai dengan aturan yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. 

"Candi Borobudur itu sudah ditetapkan sebagai warisan dunia sejak 1991, maka penanganannya harus mengikuti aturan atau pedomannya. Candi Borobudur juga sudah ditetapkan sebagai cagar budaya tingkat nasional, jadi penanganan harus mengikuti UU No 11 Tahun 2010," jelas Ketua IAAI Marsis Sutopo.

IAAI pun akan berkirim surat kepada Menteri Agama serta Direktur Jenderal terkait, Mendikbudristek serta Direktur Jenderal Kebudayaan, Menko Marinves, dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan sebagai bentuk penolakan IAAI atas rencana pemasangan tersebut. 
 
Baca:
InJourney Targetkan 1,7 Juta Pengunjung Candi Borobudur Tahun Ini

Sebelumnya, sejumlah akademisi dan pemerhati candi mendorong agar Candi Borobudur segera dipasang chattra atau payung di puncak. Kehadiran chattra diyakini akan memberikan banyak dampak positif bagi umat Buddha, baik di Indonesia maupun dunia.

Chattra mengandung banyak makna filosofis yang sangat mendalam melebihi aspek kesejarahan dan arkeologis. Dosen Antropologi Universitas Diponegoro (Undip), Stanley Khu, berpandangan bahwa sudah tiba waktunya memahami Borobudur tidak hanya sebagai candi dalam konteks historis atau arkeologis.

"Akan lebih bermanfaat untuk juga memahami Borobudur sebagai kuil kebudayaan tempat ornamen-ornamen dan simbol-simbol Buddhis yang diakui secara universal oleh masyarakat Buddhis di berbagai belahan dunia," kata Stenley dikutip dari laman kemenag.go.id, Jumat, 23 Februari 2023. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Sofia Zakiah)