Kejadian 26 Desember 2004 silam masih teringat jelas di benak Desi Fitriani, Munfadli, dan Indra Maulana. Tiga Jurnalis Senior Metro TV yang saat itu bertugas meliput bencana tsunami Aceh.
Saat itu, Desi dan Munfadli mendapat penugasan untuk berangkat ke Aceh meliput bencana gempa bumi dan tsunami. Keduanya mengikuti rombongan tim Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dalam perjalanan di pesawat, Desi menceritakan belum terbayang apa yang terjadi di Aceh. Namun saat mereka hampir tiba di Aceh, dari udara Desi dan Munfadli melihat seluruh wilayah Aceh sudah berwarna cokelat.
Usai tiba di Aceh, Desi dan Munfadli akan dibawa menaiki truk menuju lokasi. Mereka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dengan melihat kondisi si Aceh yang porak-poranda.
"Seperti kiamat dia bilang begitu. Kita akhirnya naik truk, semua rombongan naik truk tentara," ujar Munfadli.
Mereka pun kaget dengan suasana yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Tak berselang lama dalam perjalanannya, mereka melihat ratusan jenazah di pinggir jalan.
Sebagai reporter dan kameraman yang saat itu bertugas, Desi dan Munfadli langsung mengambil gambar dengan kondisi penuh kepanikan. Sebab, mereka dihadapkan dengan kondisi yang terjadi.
"Kamera mana, kamera mana, padahal kamera disandang," ucap Desi.
Saat bertugas, Desi dan Munfadli melihat sebuah momen yang sangat menyentuh hati bagi mereka. Mereka melihat perjuangan seorang ibu korban tsunami menjaga anaknya dengan pelukan erat hingga akhir hidupnya bersama.
"Jadi ibu itu dalam keadaan hamil, dia pegang anaknya dua karena mau dimakamin, itu mau dilepas enggak bisa padahal kondisinya dia sudah meninggal. Kemudian akhirnya diambil daun pisang, dibungkuslah ibu itu sama anaknya. Habis ngambil gambar itu saya teringat sama ibu saya. Bagaimana seorang ibu lagi hamil, dia bawa anaknya yang masih kecil-kecil dan sampai mati pun dia pegang anaknya," cerita Desi.
Peristiwa ini juga sangat membekas di benak Munfadli yang saat itu bertugas bersama Desi. Terlebih, Munfadli berasal dari Aceh dan belum bisa berkomunikasi bersama keluarganya. Sembari bertugas, ia menyempatkan untuk mencari keluarganya hingga akhirnya mereka berjumpa secara tak sengaja di hari ketiga.
"Saya sudah cari tiga hari belum ketemu, ketemunya sama-sama nyari air itu Alhamdulillah banget. Saya bersyukur banget," kata Munfadli.
Lain halnya dengan Jurnalis Metro TV Indra Maulana yang juga ditugaskan meliput bencana
tsunami Aceh pada minggu kedua pasca-tsunami Aceh.
Indra Maulana merupakan jurnalis dari Biro Surabaya dan ditugaskan untuk berangkat ke Aceh meliput bencana tsunami.
"Bayangan saya waktu itu ketika diberangkatkan 'oke ini tinggal bicara pasca-bencana'. Tapi memang karena saking besarnya bencana saat itu, itu seperti peristiwa yang masih baru terjadi," ungkap Indra.
Usai tiba di lokasi, Indra menceritakan bahwa ia berkoordinasi dengan tim besar Metro TV yang terlebih dahulu sudah berada di lokasi. Pengalaman ini pun melatih mental Indra Maulana karena menjadi liputan pertamanya menjumpai bencana yang sangat besar.
"Peliputan yang sangat dahsyat seperti ini baru pertama kali saya rasakan. Itu membuat kita semakin matang," ucapnya.
Indra juga menceritakan pengalamannya saat meliput di salah satu pengungsian. Indra melihat para pengungsi membutuhkan banyak bantuan karena saat itu pembagian bantuan belum merata karena luasnya lokasi bencana.
Sebagai seorang jurnalis yang bertugas dengan jangka waktu yang lama, bagi Des Fitriani, Munfadli, dan Indra Maulana, bencana 20 tahun lalu tersebut menjadi sebuah ingatan dan pengalaman yang tak terlupakan bagi mereka.