Ilustrasi. Foto: Freepik.
Houston: Harga minyak sedikit naik setelah minggu yang bergejolak. Meski demikian, ekspektasi peningkatan pasokan OPEC+ dan ketidakpastian yang berkelanjutan mengenai pembicaraan tarif AS-Tiongkok tetap membebani sentimen pasar.
Dilansir dari Investing.com, minyak Brent naik 0,18 persen di atas USD66 per barel setelah turun 1,6 persen pada minggu lalu. Sementara West Texas Intermediate (WTI) berada di dekat USD63 atau naik 0,17 persen.
Ketidakpastian perang dagang
Presiden AS Donald Trump dalam beberapa minggu terakhir menunjukkan keterbukaan terhadap deeskalasi ketegangan perdagangan dengan Tiongkok, terutama di tengah kekhawatiran yang berkembang tentang dampak ekonomi dari perang dagang.
Trump juga mengisyaratkan tarif terhadap Tiongkok bisa turun, meskipun ini akan mengharuskan Beijing untuk datang ke meja perundingan.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan bahwa dia tidak tahu apakah Presiden Donald Trump telah berbicara dengan rekan Tiongkok Xi Jinping, dan dia tidak mengetahui apakah negosiasi perdagangan sedang berlangsung.
Dalam wawancara dengan This Week ABC News, Bessent mengatakan pejabat AS dan Tiongkok telah berbicara selama pertemuan Dana Moneter Internasional di Washington minggu lalu, dan bahwa dia juga telah berinteraksi dengan rekan Tiongkoknya.
"Saya memiliki interaksi dengan rekan saya dari Tiongkok, tetapi lebih pada hal-hal tradisional seperti stabilitas keuangan, peringatan dini ekonomi global," kata Bessent.
"Saya tidak tahu apakah Presiden Trump telah berbicara dengan Presiden Xi," lanjutnya.
Potensi kenaikan produksi OPEC+
Beberapa negara OPEC+ mendorong untuk mempercepat kenaikan produksi minyak pada Juni, memperpanjang kenaikan kejutan Mei, karena perselisihan internal mengenai kepatuhan kuota semakin dalam.
Kenaikan yang diusulkan—berpotensi menyamai kenaikan 411 ribu barel per hari pada Mei—terjadi saat harga minyak berada di dekat level terendah empat tahun di tengah perang dagang AS-Tiongkok dan kekhawatiran kelebihan pasokan.
"Ini terjadi setelah Kazakhstan mengatakan bahwa mereka tidak dapat menurunkan produksi minyak dan berencana untuk memprioritaskan kepentingan domestik di atas kewajiban OPEC+. Kazakhstan telah memompa jauh di atas target produksinya setelah proyek ekspansi di lapangan Tengiz," kata analis di ING, dalam sebuah catatan.
"Perselisihan lebih lanjut antara anggota OPEC+ adalah risiko penurunan yang jelas, karena dapat menyebabkan perang harga," lanjutnya.