Ilustrasi. Foto: Dokumen Kemenkeu.
M Ilham Ramadhan Avisena • 20 October 2024 17:12
Jakarta: Presiden Prabowo Subianto dinilai berupaya mendahulukan menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri. Hal itu terlihat dari wajah lama yang mengisi kursi di menteri di bidang perekonomian.
"Tetapi, dengan tantangan ekonomi yang begitu kompleks, harus ada evaluasi atas kinerja, agar aspek akselerasi ekonomi selanjutnya menjadi perhatian utama presiden," kata Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani melalui keterangan tertulis, Minggu, 20 Oktober 2024.
Setidaknya, lanjut dia, terdapat tiga tantangan mendasar secara ekonomi yang harus diurai oleh pemerintah ke depan. Pertama mengenai tantangan fiskal yang mengalami tekanan. Belanja APBN 2025 sebesar Rp3.613,1 triliun diproyeksikan ditopang oleh penerimaan negara yang prediksinya mencapai Rp3.005,1 triliun.
Artinya potensi defisit lebih dari Rp600 triliun akan menjadi penambah utang negara. Termasuk juga masalah fiskal dengan jatuh tempo utang sekitar Rp800 triliun pada 2025. "Dengan kompleksitas fiskal yang ada, jajaran Kementerian Keuangan diharapkan mempunyai terobosan yang solutif," kata Ajib.
Permasalahan mendasar kedua adalah masih tingginya angka pengangguran. Data pada 2024 menunjukkan angka pengangguran sebesar 5,2 persen. Pencapaian investasi yang selalu over target selama lima tahun terakhir tidak bisa menjadi solusi utama untuk lebih banyak menyerap tenaga kerja.
Bahkan terjadi paradoks, karena semakin banyak fenomena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan angka rasio Incremental Output Ratio (ICOR) kita terus mengalami peningkatan. "Artinya investasi mengalami penurunan dalam kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi," jelas Ajib.
Baca juga: PDIP: Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial Jadi PR Prabowo-Gibran |