Hamas-Fatah Sepakat Kerja Sama dalam Pemerintahan Gaza Pascaperang, Israel Mengecam

Menlu Tiongkok Wang Yi (jas abu) bersama perwakilan Hamas dan Fatah. Foto: CGTN

Hamas-Fatah Sepakat Kerja Sama dalam Pemerintahan Gaza Pascaperang, Israel Mengecam

Fajar Nugraha • 24 July 2024 13:26

Yerusalem: Israel dengan cepat mengecam kesepakatan yang ditengahi oleh Tiongkok yang menyebutkan akan membawa Hamas ke dalam pemerintahan rekonsiliasi nasional untuk Gaza pascaperang.

Pertengkaran diplomatik itu terjadi saat Israel membombardir Gaza, termasuk kota selatan Khan Younis, tempat Israel memerintahkan evakuasi sebagian warga sipil.

Menteri Luar Negeri Israel Katz bersikeras bahwa "pemerintahan Hamas akan dihancurkan”. Katz juga menuduh Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang faksi Fatahnya menandatangani kesepakatan itu, merangkul kelompok yang serangannya pada 7 Oktober memicu perang.

Keterlibatan Hamas dalam pemerintahan Gaza pascaperang tidak dapat diterima oleh Israel dan Amerika Serikat, yang menganggapnya sebagai kelompok teroris.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang berada di Amerika Serikat untuk berpidato di sidang gabungan Kongres, telah bersumpah untuk terus berjuang di Gaza sampai Hamas disingkirkan.

Tiongkok menjamu pejabat senior Hamas Musa Abu Marzuk, utusan Fatah Mahmud al-Aloul, dan utusan dari 12 faksi Palestina lainnya.

Anggota politbiro Hamas Hossam Badran membingkai keterlibatan Tiongkok sebagai cara untuk melawan pengaruh AS.

Badran menuduh Amerika Serikat bias dan menentang "setiap konsensus nasional internal Palestina", serta bermitra dengan "pendudukan dalam kejahatannya terhadap rakyat kami".

Hamas dan Fatah adalah rival jangka panjang dan terlibat dalam perang singkat namun berdarah pada tahun 2007 di mana kaum Islamis merebut kendali atas Gaza.

Fatah mendominasi Otoritas Palestina, yang memiliki kendali administratif terbatas atas wilayah perkotaan di Tepi Barat yang diduduki Israel.


Gaza sudah mati

Teks kesepakatan tersebut menguraikan rencana untuk "pemerintah persatuan nasional sementara dengan persetujuan faksi-faksi Palestina" yang akan "menjalankan otoritas dan kekuasaannya atas semua wilayah Palestina" — Jalur Gaza serta Tepi Barat, termasuk Yerusalem timur yang dianeksasi Israel.

Tiongkok, yang tahun lalu menjadi perantara kesepakatan untuk memulihkan hubungan antara Iran dan Arab Saudi, mengatakan bahwa kesepakatan itu merupakan komitmen untuk "rekonsiliasi".

Namun, Katz mengkritik Abbas, dengan mengatakan bahwa ia "mendukung para pembunuh dan pemerkosa Hamas".

Ia juga menolak peran apa pun bagi Otoritas Palestina di Gaza, dengan mengatakan "Abbas akan mengawasi Gaza dari jauh".

Dalam sebuah pernyataan, kepresidenan Palestina menyambut baik dukungan Tiongkok untuk "penghentian tembakan segera" dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, serta dukungannya terhadap upaya diplomatik Palestina lainnya.

Di lapangan, Israel terus melancarkan serangan ke Gaza.

Beberapa jam setelah memerintahkan warga sipil untuk mengevakuasi sebagian Khan Yunis, termasuk wilayah yang telah dinyatakan sebagai bagian dari zona aman kemanusiaan, jet-jet tempurnya menghantam kota itu.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 73 orang tewas dan lebih dari 200 orang terluka di wilayah itu.

Militer Israel tidak mengomentari jumlah korban ketika ditanya oleh AFP. Namun, dalam sebuah pernyataan, Israel mengatakan bahwa pesawat tempur dan tanknya "menyerang dan melenyapkan teroris di daerah tersebut".

"Gaza sudah berakhir, Gaza sudah mati, Gaza sudah hilang. Tidak ada yang tersisa, tidak ada apa-apa,” ujar Hassan Qudayh, seorang warga yang terpaksa mengungsi.

Koresponden AFP melaporkan serangan udara di Kota Gaza, Jabalia, dan Khan Yunis, dengan militer mengatakan pasukan Israel telah membunuh militan dalam "serangan dan pertempuran jarak dekat" di Rafah.

Perang telah menghancurkan sistem perawatan kesehatan Gaza, membuat apa yang tersisa berada di bawah tekanan yang sangat besar.

"Tidak ada ruang untuk lebih banyak pasien. Ada kekurangan pasokan medis, jadi kami tidak dapat menyelamatkan pasien kami," kata Mohammed Zaqout, direktur Rumah Sakit Nasser di Khan Younis.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hingga 14.000 orang membutuhkan evakuasi medis dari Gaza dan bahwa mereka "sangat khawatir" tentang wabah penyakit.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)