ilustrasi medcom.id
Media Indonesia • 9 January 2024 10:45
Semarang: Potensi hujan ringan hingga lebat disertai angin kencang dan sambaran petir masih terjadi di beberapa daerah di Jawa Tengah. Ancaman bencana hidrometeorologi masih tinggi di Kota Semarang, Grobogan dan Demak akibat cuaca ekstrem di daerah pegunungan dan kerusakan tanggul sungai.
Tiga titik tanggul Sungai Tuntang setinggi tiga meter di Desa Gubug, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah longsor sepanjang 5, 10 dan 20 meter akibat terusan air yang cukup besar setelah hujan lebat mengguyur di hulu sungai yang berada di Kabupaten Semarang.
Intensitas hujan masih tinggi di daerah atas tersebut, membuat ratusan keluarga di Desa Gubug khawatir sehingga melakukan upaya penambalan menggunakan karung berisi tanah dan pasir.
"Sudah sepekan longsor, kami berswadaya karena laporan sudah dilayangkan belum ditanggapi hingga khawatir banjir kembali melanda desa kami," kata Kepala Desa Gubug As'adul Munir di Semarang, Selasa, 9 Januari 2024.
Banjir pada pekan lalu, akibat jebolnya tanggul Sungai Tuntang ini membuat ratusan keluarga di lima desa di Kecamatan Gubug yakni Penadaran, Gubug, Kwaron, Rowosari dan Trisari, sehingg melihat kondisi tanggul ini menjadikan warga was-was, apalagi hujan di daerah hulu yakni Rawa Pening di Kabupaten Semarang masih tinggi.
Kepala BPBD Grobogan Endang Sulistyoningsih mengungkapkan banjir terjadi di beberapa kecamatan pada Senin (1 Januari) lalu terjadi akibat intensitas hujan tinggi di daerah Semarang, sehingga Sungai Tuntang yang berhulu di daerah tersebut tidak mampu menampung volume air yang cukup besar.
"Kami sempat evakuasi warga terdampak banjir itu," imbuhnya.
Kekhawatiran banjir kembali datang juga dialami Warga Perumahan Jatisari Asri, Kecamatan Mijen, Kota Semarang karena sudah sepuluh tahun menjadi langganan dan akhir pekan lalu kembali kebanjiran dengan ketinggian capai pinggang orang dewasa.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan telah meminta DPU untuk melakukan evaluasi penyebab banjir di Jatisari Asri tersebut, berdasarkan pemeriksaan karena drainase yang ada tidak mampu menampung air yang berasal dari wilayah atas.
"Saya minta pihak pengembang memperhatikan ini," imbuhnya.
Drainase yang dibuat di perumahan itu, lanjut Hevearita Gunaryanti Rahayu, hanya untuk menampung air dari dalam perumahan, sehingga ketika hujan lebat di daerah atas air tidak dapat tertampung hingga menyebabkan kebanjiran, sedangkan ancaman banjir di wilayah lain seperti Genuk, Tembalang, Pedurungan dan Kaligawe sudah diantisipasi.
Sementara itu BMKG Jawa Tengah Selasa (9 Januari) kembali mengeluarkan peringatan ancaman bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem yakni hujan lebat disertai angin kencang dan petir di beberapa daerah di provinsi ini diperkirakan akan terjadi di wilayah Pegunungan hingga dataran tinggi, Jateng selatan, Jateng timur, Solo raya, dan sekitarnya.
Hujan dengan intensitas ringan hingga lebat, ungkap Prakirawan Cuaca BMKG Ahmad Yani Semarang, berpotensi terjadi di Blora, Boyolali, Jepara, Kajen, Karanganyar, Klaten, Kudus, Magelang, Mungkid, Pati, Salatiga, Sragen, Temanggung, Wonosobo, Banjarnegara, CIlacap, Kebumen, Purbalingga, dan Purwokerto.