Utusan Khusus Tiongkok untuk Perubahan Iklim Liu Zhenmin saat berbicara di Indonesia Net Zero Summit di Jakarta, Sabtu, 24 Agustus 2024. (Medcom.id / Marcheilla Ariesta)
Marcheilla Ariesta • 25 August 2024 07:06
Jakarta: Utusan Khusus untuk Perubahan Iklim Tiongkok, Liu Zhenmin, menyarankan Indonesia segera ‘tobat’ terkait perubahan iklim. Menurutnya, setelah tujuh tahun lalu, Liu merasa polusi udara di Jakarta tak ada perubahan alias tetap buruk.
“Saya rasa, setelah tujuh tahun, bagi saya, setelah kembali dari Jakarta, saya menemukan bahwa polusi udara di Jakarta sama seperti tujuh tahun lalu,” kata Liu dalam diskusi di Indonesia Net Zero Summit (INZS) 2024 di Jakarta, Sabtu, 24 Agustus 2024.
Menurutnya, perlu segera adanya perubahan. Salah satunya dengan menggalakkan penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi karbon.
“Saya rasa pemerintah Indonesia, pemerintah daerah, sebaiknya menggunakan kesempatan ini untuk transisi apa pun. Gunakan lebih banyak mobil listrik ramah lingkungan, dorong orang untuk menggunakan lebih banyak sepeda motor listrik,” terangnya.
Belajar dari pengalaman Tiongkok, kata Liu, dalam waktu beberapa bulan hingga setahun, kualitas udara akan berubah.
“Itu akan baik untuk kota-kota, menurut saya. Jadi, gabungkan pengendalian polusi dengan pengurangan emisi di kota-kota,” ucap Liu.
Namun, kata dia, hal tersebut hanya dapat terwujud jika ada dukungan dari masyarakat, khususnya kaum muda. Meskipun agak lama, kata Liu, namun demi kualitas udara yang lebih baik di kota, ia merasa Indonesia akan mencapai banyak hal jika segera memasifkan penggunaan kendaraan listrik.
“Jadi, kita perlu dimobilisasi dengan dukungan masyarakat,” tegasnya.
Ia mengatakan, Tiongkok tahun lalu memiliki kombinasi empat kebijakan udara, seperti mengurangi pengendalian polusi, mengurangi emisi, memperluas cakupan hijau, dan memajukan pertumbuhan.
“Tiongkok dan Indonesia memiliki potensi besar untuk berkolaborasi dalam beberapa dekade mendatang, tetapi kita adalah tetangga dekat. Kita memiliki situasi yang sama untuk transisi energi,” ucap Liu.
Menurutnya, dengan berkolaborasi dalam memperluas kapasitas energi terbarukan, dapat memperluas kerja sama kedua negara dalam pembuatan banyak produk energi terbarukan.
“Jadi saya yakin jika kita memulai kerja sama ini, sudah ada beberapa kerja sama proyek yang bagus. Saya rasa Tiongkok benar-benar dapat berbagi banyak hal dengan Indonesia dan membantu Indonesia memulai proses transisi energi terbarukan,” imbuhnya.
Liu mengagumi keputusan pemerintah Indonesia untuk target nol bersih ini sekitar tahun 2050. Meski demikian, ia menyarankan dan mengusulkan agar Indonesia benar-benar ingin memulai suatu proses, rencana nasional untuk mencapai target nol bersih ini.
“Bagi Tiongkok, kita akan mencapai puncak karbon sebelum tahun 2030. Saya rasa sebagai negara berkembang, pendekatan dua langkah ini mungkin lebih penting. Namun untuk meyakinkan pemerintah dan perusahaan kita bahwa kita harus mencapai puncak karbon terlebih dahulu, maka kita harus memulai proses netralitas karbon,” tegasnya.
“Saya pikir secara bertahap, kita harus mengurangi komponen batu bara dalam energi menjadi persentase yang sangat kecil,” pungkas Liu.
Konferensi perubahan iklim terbesar di Asia, Indonesia Net Zero Summit (INZS) digelar hari ini, Sabtu, 24 Agustus 2024. Dengan tema ‘S.O.S Neraka Bocor: Climate Avengers Assemble!’ konferensi garapan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) ini mengajak anak muda Indonesia melawan musuh bersama, yaitu “Ik-Lim Ja’Hat.”
Baca juga: Wamenlu RI Sebut Perubahan Iklim Ancaman Nyata, Bukan Seperti Cerita di Film