Ramai Fenomena 'Makan Tabungan', Pengamat: Kenaikan Gaji Tak Seimbang dengan Harga Bapok

Ilustrasi makan tabungan. Foto: Freepik.

Ramai Fenomena 'Makan Tabungan', Pengamat: Kenaikan Gaji Tak Seimbang dengan Harga Bapok

Naufal Zuhdi • 17 April 2025 10:54

Jakarta: Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyebutkan salah satu penyebab terjadinya fenomena 'makan tabungan' karena ketidakseimbangan antara kenaikan gaji dengan meroketnya harga bahan-bahan pokok (bapok) yang terjadi sekarang ini.

Menurut dia, pertumbuhan pendapatan masyarakat saat ini sangat tipis. Tapi di sisi lain, kenaikan harga barang untuk kebutuhan sehari-hari justru tak terkendali.

"Atau bisa kita bilang pertumbuhan gaji lebih rendah dibandingkan dengan inflasi volatile foods," kata Huda saat dihubungi, dikutip Kamis, 17 April 2025.
 

Baca juga: Kebijakan Moneter BI Bikin Daya Beli Masyarakat Melemah, Kok Bisa?


(Ilustrasi tabungan menipis. Foto: Freepik)
 

Gaji masyarakat cuma naik 1,8%


Pada 2023, sambung Huda, menjadi tahun yang berat karena pertumbuhan pendapatan masyarakat hanya di kisaran 1,8 persen sampai 2,0 persen. Sementara inflasi volatile foods, pertumbuhannya mencapai 6,7 persen.

"Akibatnya di 2024, masyarakat harus makan tabungan. Maka, pemerintah harus berupaya meningkatkan pendapatan kelas menengah ini," tegas Huda.

Ia mengakui, langkah pemerintah yang mengerek upah minimum regional (UMR) sebesar 6,5 persen merupakan salah satu upaya yang baik. Meskipun, aku Huda, angka tersebut masih kurang bila dibandingkan dengan kenaikan inflasi volatile foods yang mencapai 6,7 persen.

"(Pemerintah) harus menjaga tingkat inflasi volatile foods di angka yang rendah, agar bisa mengurangi fenomena makan tabungan," pinta Huda.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)