Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com
M Ilham Ramadhan Avisena • 6 May 2025 12:38
Jakarta: Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya mencapai 4,87 persen secara tahunan (year on year) pada kuartal I 2025 memunculkan kekhawatiran terhadap potensi resesi teknikal jika tren ini berlanjut di kuartal berikutnya.
Dalam catatan Center of Economic and Law Studies (Celios), kondisi ini menjadi alarm bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah antisipatif, mengingat perkembangan secara kuartalan (q to q) juga tercatat minus 0,98 persen.
"Secara kuartalan, angkanya cukup mengkhawatirkan, di mana pertumbuhan kuartal I 2025 minus 0,98 persen, terendah dibandingkan periode yang sama sejak lima tahun terakhir," kata Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira melalui keterangannya, Selasa, 6 Mei 2025.
Ia menambahkan, tekanan pada sektor industri pengolahan bisa menjadi pemicu berlanjutnya perlambatan ekonomi menuju resesi teknikal. Resesi teknikal merupakan kondisi ketika produk domestik bruto (PDB) riil suatu negara mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut.
Jika kuartal II-2025 kembali menunjukkan pertumbuhan negatif secara kuartalan, maka Indonesia resmi masuk ke dalam resesi teknikal, meski secara tahunan masih tumbuh positif.
Bhima menyoroti sektor industri pengolahan nonmigas hanya tumbuh 4,31 persen di kuartal I-2025, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 4,64 persen. Selain itu, indeks manufaktur (PMI) Indonesia yang merosot ke angka 46,7 pada April 2025, di bawah ambang batas ekspansi dan mengindikasikan tekanan serius di sisi produksi.
"Efek industri melemah ibarat lingkaran setan, menciptakan pelemahan daya beli lebih dalam, berujung pada menurunnya permintaan produk industri," tutur Bhima.
Baca juga: |