42 Balita Diduga Keracunan Makanan Tambahan Program Pengentasan Stunting

Pasien balita diduga keracunan makanan tambahan dirawat di Puskesmas Pamboang, Majene, Sulsel. (MGN/Irwan Abdul Latif)

42 Balita Diduga Keracunan Makanan Tambahan Program Pengentasan Stunting

Media Indonesia • 7 May 2024 14:32

Majene: Program pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita, sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan stunting yang digagas Dinas Pengendalian Penduduk dan Kelurga Berencana Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, di halaman Kantor Kecamatan Pamboang, berakhir dengan puluhan balita diduga keracunan.

Kegiatan tersebut pada Senin, 6 Mei 2024 dan dari semua balita sasaran penerima PMT, 42 balita terpaksa dilarikan ke Puskesmas Pamboang, lalu satu orang dirujuk ke RSUD Majene.

Kepala Puskesmas Pamboang, Taslim Mannan, mengungkapkan, semuanya dilarikan ke puskesmas sejak Senin sore, dengan gejala muntah, sakit perut, dan diare.

"Tapi kami belum bisa memastikan jika mereka semua keracunan makanan, karena sampel makan sudah dikirim ke BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), dan itu butuh waktu 2-4 hari untuk mengetahui hasilnya. Jadi kita tunggu hasilnya untuk memastikan penyebab mereka semua sakit," ungkap Taslim, Selasa, 7 Mei 2024.

Dia bahkan menyebutkan, jika dari 42 pasien awal yang masuk, kini tersisa lima orang yang menjalani perawatan.

"Rencana sore ini ada yang akan kita pulangkan setelah observasi, termasuk empat lainnya," sebut Taslim.
 

Baca juga: 51 Siswa di 6 SD Kota Banjar Keracunan Jajanan Sekolah Keliling

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar Asran Hasdi menjelaskan jika program PMT tersebut sudah berjalan di sejumlah kecamatan, dan kemarin dilakukan di Kecamatan Pamboang, Mejene. 

"Di sana sebenarnya ditargetkan 100 balita yang mendapatkan makanan tambahan, tapi ternyata 42 di antaranya setelah mendapat makanan tambahan mengalami gejala muntah-muntah," jelas dia.

Ada pun makanan tambahan yang diberikan bukan dalam bentuk kemasan, tapi dimasak (Bubur), sehingga sampelnya sudah diserahkan ke BPOM, untuk memmastikan apakah penyebab mereka semua mengalami gejala seperti keracunan karena makanan tersebut, atau ada unsur lain.

Asran pun meminta semua stakeholder jika melakukan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan, bisa melibatkan dinas kesehatan setempat. 

"Sama halnya dengan pembuatan makanan, harus diserahan kepada ahlinya, dan berkompetensi. Karena program ini lintas sektor, jadi semua harus terlibat," tegasnya.

Sementara Kapolres Majene, Sulbar, Ajun Komisaris Besar Toni Sugadri membenarkan kejadian yang mengakibatkan balita diduga keracunan, akibat pemberian makanan tambahan untuk penanggulangan stunting. 

"Untuk jelasnya mamsih menunggu hasil penelitian, bukan hanya dari BPOM Mamuju, Sulbar, tapi juga dari BIddokes Polda Sulbar," kata dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Meilikhah)