Pemerintah Diminta Kaji Ulang Target Swasembada Pangan

Ilustrasi. Foto: Medcom.id/Rahmatullah.

Pemerintah Diminta Kaji Ulang Target Swasembada Pangan

Naufal Zuhdi • 24 November 2024 12:46

Jakarta: Pemerintah menargetkan swasembada pangan dipercepat dari yang sebelumnya ditargetkan 2028, kini menjadi 2027. Merespons hal tersebut, Ketua Serikat Petani Indonesia Henry Saragih meminta pemerintah untuk mengkaji ulang target swasembada yang ditargetkan dalam tiga tahun mendatang itu.

"Menurut saya lebih bagus mereka mengkaji ulang kembali karena mengingat menteri pertaniannya, menteri yang didorong untuk mencapai swasembada pangan ini kan enggak banyak berubah. Jadi menurut saya lebih bagus dikaji ulang, jangan dibilang nanti lebih cepat karena 10 tahun pemerintahan Jokowi saja tidak tercapai," tukas Henry saat dihubungi, dikutip dari Media Indonesia, Minggu, 24 November 2024.

Henry menilai, pemerintah perlu melakukan hal-hal di luar program yang saat ini dijalankan. Sebagai contoh, ia meminta kepada pemerintah untuk memberikan tanah kepada petani pangan yang mayoritas adalah petani gurem. Henry juga mengungkapkan bahwa jumlah petani gurem di pemerintahan Jokowi meningkat menjadi 16,8 juta jiwa.

"Jadi penting melakukan reforma agraria, membagikan tanah kepada petani itu penting sekali, karena mayoritas petani kita gak punya tanah. Bukanlah karena petani gak bisa berproduksi, tapi tanah yang dikuasainya sedikit sekali," ucap dia.
 

Baca juga: Pemerintah Kebut Swasembada Pangan Pakai Jurus Cetak Sawah dan Oplah


(Ilustrasi. Foto: MI/Amiruddin Abdullah Reubee)
 

Tekan laju konversi lahan sawah


Selain itu, Henry juga meminta kepada pemerintah yang baru untuk menekan laju konversi lahan. Sebab, di pemerintahan Jokowi dulu, terdapat hampir 150 ribu hektare per tahun laju konversi dari lahan sawah ke non sawah.

"Yang ketiga, pemerintahan Prabowo ini harus membangun irigasi karena dari 7,3 juta hektare lahan baku sawah sekarang, itu 50 persen belum sawah irigasi. 50 persen itu masih sawah tadah hujan. Kalau seandainya yang 50 persen itu dibuat jadi lahan irigasi, maka produksinya bisa meningkat," terang dia.

"Jadi bayangin ya kalkulasi secara sederhana, kalau 7,3 juta hektare kalau itu semuanya irigasinya bagus, dua kali panen 10 ton saja per hektare, itu sudah ada 70 juta ton gabah, itu sama dengan hampir 40 juta ton beras," tambh Henry.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)