Ini Dampak Terpilihnya Trump bagi Perekonomian Indonesia

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Ini Dampak Terpilihnya Trump bagi Perekonomian Indonesia

M Ilham Ramadhan Avisena • 21 November 2024 16:40

Jakarta: Pemerintah mengantisipasi dampak terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) terhadap perekonomian dalam negeri. Setidaknya, efek Trump bakal merambat dan mempengaruhi kinerja sektor keuangan dan sektor perdagangan Indonesia.

"Dari sisi ekonomi global tantangannya cukup berat. Ada banyak tantangan ekonomi jangka pendek yang harus dihadapi Indonesia. Misalnya, kepemimpinan Presiden Trump yang ke-2 ini akan berdampak pada dua jalur bagi Indonesia, yaitu sektor keuangan dan perdagangan," kata Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Firman Hidayat dalam seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2025 yang diselenggarakan Indef, Jakarta, Kamis, 21 November 2024.

Pada sektor keuangan, imbuh Firman, kebijakan fiskal ala Trump yang ekspansif akan mendorong bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) melahirkan kebijakan moneter yang ketat sedikit lebih lama. Itu pada akhirnya bakal mempengaruhi persepsi investor global dan kembali menjadikan pasar uang AS sebagai tempat paling aman lantaran menawarkan imbal hasil yang tinggi.


(Donald Trump. Foto: CNN)

Investor yang meletakkan modalnya di pasar uang AS secara langsung akan berdampak pada banyak negara, termasuk Indonesia. Aliran modal keluar di pasar portofolio dalam negeri berpotensi menjadi deras dan merambat pada pelemahan nilai tukar rupiah. "Sehingga nilai tukar dolar sangat kuat dan rupiah melemah," kata Firman.

Efek Trump lainnya, yaitu dari sektor perdagangan. Trump diketahui memiliki kebijakan yang berorientasi pada kepentingan dalam negeri. Melalui sisi perdagangan, AS dipastikan bakal menerapkan tarif dagang yang tinggi, terutama pada negara mitra dagang yang mencatatkan surplus dengan Negeri Paman Sam.

Di saat yang sama, ekonomi mitra dagang AS, yaitu Tiongkok juga masih berada dalam fase yang lemah. Perekonomian Negeri Tirai Bambu yang lambat itu juga dapat memberi dampak langsung bagi Indonesia, utamanya dari sisi perdagangan. "Tantangan-tantangan lain pelemahan ekonomi Tiongkok ini harus kita cermati juga karena dia mitra dagang utama kita," tutur Firman.
 
Baca juga: BI Pelototi Lima Hal Ini setelah Trump Terpilih Jadi Presiden AS

Daya beli masyarakat masih lemah


Di kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti menyampaikan, tantangan nyata yang menanti perekonomian Indonesia ialah dari dalam negeri.

Itu berkaca dari situasi daya beli masyarakat yang masih berada dalam tren pelemahan. Padahal komponen konsumsi rumah tangga merupakan kontributor utama pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

"Penurunan daya beli ini terlihat dari laju pertumbuhan konsumsi triwulan I-III 2024 ternyata memang ekonomi itu tumbuh lebih rendah. Ekonomi Indonesia semester I-2024 juga tumbuh 5,08 persen dan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga 4,92 persen," jelas dia.  

"Sementara untuk indikator daya beli juga kita tahu perkembangan kebutuhan bahan pokok yang dijual baik di e-commerce sempat turun volume penjualannya. Ini menggambarkan daya beli di masyarakat melemah," tambah Esther.

Dengan perkembangan terkini, lanjutnya, ekonomi Indonesia di tahun depan diproyeksikan hanya mampu tumbuh di angka lima persen, lebih rendah dari target yang dipatok pemerintah di angka 5,2 persen.

"Kami proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 sekitar lima persen, inflasi sebesar 2,8 persen, kurs sekitar Rp16.100 per dolar AS, tingkat pengangguran terbuka 4,75 persen, dan tingkat kemiskinan 8,8 persen," sebut Esther.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)