Prajurit Israel Lepas Anjing Militer dan Serang Pria Gaza Berkebutuhan Khusus Hingga Tewas

Mohammed Bhar meninggal diserang anjing militer pasukan Israel. Foto: Middle East Eye

Prajurit Israel Lepas Anjing Militer dan Serang Pria Gaza Berkebutuhan Khusus Hingga Tewas

Fajar Nugraha • 17 July 2024 12:56

Gaza: Jeritan putus asa terdengar saat Mohammed Bhar berjuang membebaskan diri dari anjing tempur yang dilepaskan oleh tentara Israel. Ini adalah gambar terakhir yang diingat Nabila Ahmed Bhar tentang putranya Muhammed, 24, yang menderita down syndrome.

“Keluarga kami tengah bersembunyi di rumah di lingkungan Shujaiya di timur Kota Gaza ketika pasukan Israel menyerbu,” kata Bhar kepada Middle East Eye.

Anjing-anjing dikirim terlebih dahulu, yang menyerang Muhammed dan mulai menganiayanya. Tentara kemudian mengusir semua orang dari rumah, kecuali Muhammed, yang dibawa ke kamar terpisah.

Karena tidak dapat melihatnya, Bhar hanya bisa menebak nasibnya dari jeritan saat ia dipaksa meninggalkan daerah itu dengan todongan senjata.

"Saya tidak tahan membayangkan apa yang mereka lakukan kepadanya, atau bagaimana mereka meninggalkannya untuk mati seperti ini,” ucap Bhar, seperti dikutip dari Middle East Eye, Rabu 17 Juli 2024.

Tujuh hari penantian yang menyiksa berlalu sebelum pasukan Israel akhirnya mundur dari Shujaiya.

Keluarga itu bergegas kembali ke apartemen pada hari Rabu. Mereka menemukan tubuh Muhammed yang membusuk dengan cacing-cacing menggerogoti wajahnya.

"Saya tidak bisa berhenti memikirkan jeritannya dan gambaran dirinya yang berusaha membebaskan diri," kata Bhar.

Down syndrome yang diderita Muhammed parah, jelasnya. Menurutnya, perkembangan mentalnya "setingkat bayi".

"Muhammed sangat polos. Dia tidak bisa mengerti, Dia tidak bisa memahami apa pun. Dirinya seperti anak berusia satu tahun. Saya biasa memberinya makan dan mengganti popoknya,” ucap Bhar.

“Saya tidak tahan membayangkan apa yang mereka lakukan kepadanya, atau bagaimana mereka meninggalkannya untuk mati seperti ini,” sebut Bhar penuh dengan kesedihan.

Tidak ada Muhammad

Pasukan Israel menyerbu Shujaiya di bawah perlindungan serangan udara besar-besaran pada 27 Juni. Selama dua minggu, mereka terus-menerus mengebom daerah yang padat penduduk itu, menyerbu rumah-rumah, dan mengusir puluhan ribu orang.

Banyak keluarga terjebak di rumah mereka, seperti rumah Bhar. Perempuan berusia 71 tahun itu mengatakan kepada MEE bahwa keluarganya dikepung selama seminggu sebelum pasukan Israel menyerbunya.

Ada 16 orang di dalam, termasuk dua putra Bhar, istri dan anak-anak mereka. Anak-anak bersembunyi di bak mandi untuk berlindung dari tembakan Israel yang hebat.

Tetapi Muhammed, yang berat dan sering menolak untuk bergerak, ditempatkan di sudut ruang tamu yang paling aman yang dapat ditemukan keluarga itu.

"Sebelum pengungsian baru-baru ini, kami telah mengungsi setidaknya lima kali, dan dia tidak mengerti ke mana kami akan pergi,” dia menjelaskan.

“Karena dia gemuk, dia akan lelah dan duduk setiap beberapa langkah,” tuturnya.

Ketika pasukan Israel tiba, mereka melepaskan anjing mereka terlebih dahulu, yang langsung melompat ke arah Muhammed.

“Anjing itu menggigit dadanya, lalu mulai menggigit dan mencabik-cabik lengannya. Muhammed menjerit dan mencoba melepaskan diri saat darah mengalir,” kenang Bhar.

“Muhammed tidak dapat berbicara atau mengucapkan sepatah kata pun, tetapi karena ngeri, dia berteriak pada anjing-anjing itu, terkadang berkata ‘wala, wala’ (hei kamu), dan terkadang ‘Khalas ya habibi’ (cukup, sayangku).

“Saya tidak tahu bagaimana dia mengucapkan kata-kata itu; kami belum pernah mendengarnya berbicara sebelumnya,” ucap Bhar.


Serangan anjing buas

Ketika tentara masuk, Bhar memohon kepada mereka untuk mengambil anjing itu dari putranya saat ia mencoba menjelaskan bahwa putranya cacat.

“Saya bisa mendengar Muhammed mengerang kesakitan,” kata Bhar.

Mereka akhirnya melakukannya, tetapi membawa Muhammed ke ruangan yang terpisah dari yang lain.

"Saya mengatakan kepada tentara itu 'Biarkan Muhammed datang ke sini' tetapi ia berkata 'Tidak, kami akan merawatnya,'" kata Bhar.

Ketika ia mendengar Muhammed berteriak minta air beberapa jam kemudian, ia meminta tentara itu untuk membawakannya.

Tetapi tentara itu menjawab bahwa ada "jenis air tertentu untuknya".

"Saya bisa mendengar Muhammed bersenandung kesakitan. Sesekali, mereka membuka pintu, melihatnya, dan berkata 'Oskot' [bahasa Arab untuk diam], lalu menutupnya lagi," kata Bhar.

"Para tentara itu kemudian saling memberi isyarat. Seorang dokter yang datang bersama mereka memasuki ruangan, dan Muhammed tiba-tiba terdiam." Bhar menduga dokter menyuntiknya dengan obat penenang, tetapi dokter itu tidak dapat melihat atau mendengarnya setelah itu.

“Saya bertanya kepada tentara itu, 'Di mana Muhammad?' Dia menjawab, 'Muhammad sudah pergi.' Saya bertanya lagi, 'Pergi ke mana?' Dia menjawab, 'Dia sudah pergi. Tidak ada Muhammad,” katanya kepada MEE.

Keluarga itu kemudian dipaksa meninggalkan rumah dan menuju ke sebelah barat Kota Gaza, meninggalkan Muhammad di sana.


Tubuh membusuk

Keluarga itu menghubungi Palang Merah setiap hari selama tujuh hari berikutnya, memohon agar Muhammed dibebaskan atau diberi perawatan medis. Palang Merah terus memberi tahu mereka bahwa tentara Israel tidak bekerja sama.

Jebril, kakak laki-laki Muhammad, adalah orang pertama yang kembali ke rumah setelah pasukan Israel ditarik keluar awal minggu ini.

Ketika dia memasuki kamar tempat Muhammed dikurung, dia melihat kamar itu berlumuran darah dan cairan merembes dari tubuhnya saat mulai membusuk.

“Dia berbaring tengkurap, tubuhnya telah membusuk dan cacing-cacing mulai memakan wajahnya," kata Jebril, 43 tahun, kepada MEE.

Torniket dipasang di lengan kirinya yang terluka, mungkin untuk menghentikan pendarahan, tambahnya.

“Berdasarkan kondisi tubuhnya, jelas dia telah meninggal beberapa hari sebelumnya,” sebut Jebril menggambarkan situasi mengerikan.

MEE memperoleh rekaman tubuhnya namun tidak dapat menerbitkannya karena sifatnya yang sangat grafis.

Anjing militer

Sejak awal invasi daratnya ke Gaza, tentara Israel secara sistematis menggunakan anjing tempur untuk menggeledah gedung-gedung, termasuk rumah sakit. Dalam banyak kasus, anjing-anjing itu dibiarkan menyerang dan menganiaya warga sipil.

Bulan lalu, Al Jazeera merilis rekaman bocoran dari kamera yang terpasang pada anjing militer Israel, yang menunjukkan anjing itu menggigit dan menyeret seorang wanita tua Palestina di rumahnya.

Dengan rumah sakit di Gaza yang tidak beroperasi dan jalan-jalan yang hancur akibat pengeboman Israel, Jebril mengatakan dia tidak dapat memanggil ambulans atau mengangkut jenazah Muhammed ke pemakaman.

Bahkan tidak mungkin untuk mendaftarkan kematiannya, katanya kepada MEE.

"Saya harus menguburnya di dekat rumah. Ada jarak sekitar satu meter antara rumah kami dan rumah paman saya. Di sanalah saya menguburkan Muhammed,” pungkas Jebril.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)