Lebaran 2025 Dibayangi Daya Beli yang Belum Pulih, Ini Penjelasannya

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Lebaran 2025 Dibayangi Daya Beli yang Belum Pulih, Ini Penjelasannya

Naufal Zuhdi • 23 March 2025 15:01

Jakarta: Ketua Umum Asoisasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani memprediksi momen Lebaran tahun ini masih dibayang-bayangi sentimen daya beli masyarakat yang masih belum sepenuhnya pulih sejak akhir tahun lalu.

Sebagaimana diketahui, di 2024 data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut dari Mei hingga September 2024, yang ternyata berlanjut di dua bulan pertama 2025 ini.

"BPS mengumumkan deflasi tahunan pada Februari 2025 tercatat sebesar 0,09 persen (yoy) dan deflasi bulanan (mom) 0,48 persen. Ini adalah deflasi tahunan yang pertama dalam sekitar dua dekade terakhir, sekaligus menjadi perhatian bersama karena terjadi menjelang periode musiman Ramadan dan Lebaran," ucap Shinta saat dihubungi, Minggu, 23 Maret 2025.

Padahal, sambung Shinta, Apindo melihat Lebaran merupakan periode musiman yang selalu diharapkan oleh pelaku usaha untuk dapat meningkatkan bisnisnya, sekaligus momentum yang diharapkan dapat mendorong konsumsi masyarakat.

Pasalnya, perputaran uang selama periode lebaran biasanya cenderung meningkat dibandingkan bulan-bulan biasa, seiring dengan naiknya aktivitas belanja masyarakat, perjalanan wisata, dan konsumsi barang serta jasa. 

"Bagi dunia usaha, Lebaran selalu menjadi salah satu pendorong penting bagi sektor ritel, pariwisata, akomodasi, makanan dan minuman, serta transportasi. Aktivitas mudik yang melibatkan ratusan juta masyarakat dari berbagai daerah biasanya memberikan efek berantai terhadap sektor-sektor tersebut," beber Shinta.
 

Baca juga: Aksi Premanisme dan Ormas Bikin Investor Kabur


(Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani. Foto: MI/Adam Dwi)
 

Dunia usaha selektif perbesar kapasitas produksi


Shinta menyampaikan, menjelang Ramadan, pihaknya juga telah mencermati angka Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan angka indeks PMI Manufaktur yang dikeluarkan oleh S&P Global. Kedua indeks tersebut menunjukkan indikator ekspansi di bulan Februari 2025, menjelang Ramadan.

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Februari 2025 menunjukkan ekspansi dengan nilai 53,15, naik dari Januari 2025. Sementara capaian PMI Manufaktur Indonesia juga meningkat ke level 53,6 pada Februari 2025 dan merupakan ekspansi tiga bulan beruntun sejak Desember 2024, setelah lima bulan sebelumnya terus menerus mengalami kontraksi. 

"Meskipun demikian, dunia usaha tetap mencermati faktor risiko, seperti fluktuasi nilai tukar, kenaikan biaya bahan baku, serta kondisi permintaan global yang belum sepenuhnya stabil. Jadi meskipun ekspansi sedang berlangsung, perusahaan tetap selektif dalam memperbesar kapasitas produksinya," ungkapnya.

Sebagai tambahan, data terbaru yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan sebanyak 146,48 juta orang akan melakukan perjalanan selama libur Lebaran 2025. Angka proyeksi ini turun sebesar 24,33 persen dibandingkan survei tahun lalu yang mencatat 193,6 juta pemudik. 

"Sehingga, meskipun periode Lebaran yang biasanya terjadi peningkatan konsumsi masyarakat, kami mencermati bahwa peningkatan konsumsi tahun ini berpotensi tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya," imbuh Shinta.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)