Ilustrasi, harga emas dunia. Foto: Unsplash.
Husen Miftahudin • 28 August 2024 10:33
Jakarta: Harga emas terus menunjukkan kekuatannya, diperdagangkan di atas USD2.500 per ons. Kondisi ini didorong oleh kombinasi ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
"Meskipun demikian, meski tren bullish masih kuat, potensi koreksi harga emas tetap ada," ucap analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha mengingatkan, dikutip dari analisis hariannya, Rabu, 28 Agustus 2024.
Dari perspektif teknikal, Nugraha menjelaskan kombinasi indikator Moving Average saat ini mengindikasikan tren bullish yang kuat. Dalam skenario terbaik, harga emas (XAUUSD) diperkirakan akan terus naik dan bisa mencapai USD2.430 per ons dalam waktu dekat.
Namun, Nugraha juga memberikan catatan penting apabila terjadi koreksi dan reversal, harga emas berpotensi turun hingga USD2.490 per ons.
Dari sudut pandang fundamental, proyeksi bullish ini didukung oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang kembali meningkat. Serangan rudal besar antara Israel dan Hizbullah pada Minggu lalu memanaskan situasi, yang membuat emas semakin menarik sebagai aset safe haven.
"Dalam situasi ketidakpastian geopolitik seperti ini, emas biasanya menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari risiko pasar," papar dia.
Selain itu, The Federal Reserve diperkirakan akan menurunkan suku bunga dalam beberapa minggu mendatang, yang menjadi faktor penting dalam mendukung harga emas. Dalam beberapa pekan terakhir, Ketua The Fed Jerome Powell, memberikan sinyal bahwa penyesuaian kebijakan moneter mungkin segera dilakukan, tergantung pada data ekonomi yang masuk.
Pernyataan ini, jelas Nugraha, menyebabkan depresiasi USD dan penurunan imbal hasil obligasi, dua faktor yang juga mendukung kenaikan harga emas.
Baca juga: Harga Emas Menguat Dekati Level Tertinggi Sepanjang Masa |