Wiranto Sebut Kebutuhan Susu untuk Makan Bergizi Gratis Masih Tergantung Impor

Ketua Watimpres Wiranto saat kunjungan di Solo, Jawa Tengah, Kamis, 20 September 2024. Metrotvnews.om/ Triawati Prihatsari

Wiranto Sebut Kebutuhan Susu untuk Makan Bergizi Gratis Masih Tergantung Impor

Triawati Prihatsari • 20 September 2024 00:25

Solo: Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Wiranto mengakui untuk memenuhi kebutuhan susu dalam program makan bergizi gratis ke depan masih tergantung pada impor. Pasalnya pasokan susu sebenarnya masih kurang sampai saat ini meski belum ada program makan bergizi gratis. 

"Ya impor, sambil sementara kita mencoba mencukupi dari dalam. Kemarin ada pemikiran ke depan nanti mulai ada upaya mendatangkan sapi perah dari luar negeri. Pemeliharaan dari kecil nanti. Sampai kapan, ya sampai nanti (sapi) bisa diperah," kata Wiranto di sela kunjungannya ke SDN Kleco 1 Solo dalam rangka meninjau uji coba program makan siang gratis, Kamis, 19 September 2024. 
 

Baca: DPR Ketok Anggaran Makan Bergizi Gratis Rp71 Triliun
 
Menurut Wiranto kabar telah beredar terkait beberapa pengusaha susu yang akan mendatangkan sapi perah ke Indonesia. Namun jika sampai saat ini belum tersedia sapi perah yang dimaksud, maka tetap perlu menambah pasokan susu dari luar negeri. 

Di sisi lain, ia mendorong kerjasama dan kolaborasi dengan pihak swasta. Baginya hal tersebut meruoakan salah satu upaya masuk akal untuk memenuhi kebutuhan program makan bergizi gratis.

"Sementara ini yang diperah apa kalau nggak ada sapinya. Jadi ini masih menambah impor dari luar negeri karena kebutuhan dalam negeri pun tanpa makan bergizi gratis masih kurang. Kalau kolaborasi swasta itu swasta tentunya mendapatkan profit dari proyek ini. Nggak apa-apa, selama proses itu masih sangat masuk akal itu tidak ada masalah," jelasnya. 

Wiranto menyebut beberapa temuan pada pelaksanaan uji coba program makan bergizi gratis di beberapa daerah. Nantinya temuan-temuan tersebut bakal menjadi masukan untuk tim presiden terpilih yang akan melaksanakan atau mengendalikan makan bergizi gratis pada level nasional. 

Dia menjelaskan untuk menu makan bergizi gratis tidak harus sama. Bisa juga dilakukan riset atau survei untuk setiap daerah untuk mempertimbangkan selera anak di masing-masing daerah.

"Supaya diriset atau disurvei dulu setiap daerah itu kesukaan anak-anak itu berbeda. jangan disamaratakan. Misalnya menu di tingkat nasional hari ini lodeh, belum tentu kan dia di daerah lain juga suka lodeh. Bisa tergantung kepada kepala daerah nanti untuk menentukan model jenis makanan yang disukai anak-anak itu apa," ujarnya.


Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Deny Irwanto)