Tarif Trump Dikhawatirkan Bikin Ekonomi Global Makin Lesu

Ilustrasi penurunan ekonomi global. Foto: Freepik.

Tarif Trump Dikhawatirkan Bikin Ekonomi Global Makin Lesu

Husen Miftahudin • 16 February 2025 08:40

Beijing: Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengenakan tarif timbal balik pada semua mitra dagang telah menimbulkan kekhawatiran luas hal itu dapat memicu perang dagang dan meredupkan prospek ekonomi global.

Pada Kamis (13/2), Trump menandatangani memorandum yang mengarahkan pemerintahannya untuk menentukan tarif timbal balik yang setara terhadap setiap mitra dagang asing. Keputusan tersebut dinilai untuk tujuan keadilan bagi AS.

Mengutip Xinhua, Minggu, 16 Februari 2025, Trump dinilai sedang menghancurkan aturan-aturan yang telah mengatur perdagangan dunia selama beberapa dekade. Tarif timbal balik tersebut kemungkinan akan menciptakan kekacauan bagi bisnis-bisnis global dan konflik dengan sekutu-sekutu dan musuh-musuh AS.

Menurut seorang peneliti senior nonresiden di Peterson Institute for International Economics Gary Clyde Hufbauer, dalam negosiasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), timbal balik berarti keseimbangan menyeluruh atas konsesi yang diberikan dan konsesi yang diterima, antara masing-masing negara di satu pihak dan semua mitra dagangnya di pihak lain.

Tetapi, sebut dia, Trump telah mendefinisikan ulang makna timbal balik untuk diterapkan berdasarkan pos pengeluaran, negara per negara, dan bukan keseimbangan menyeluruh.

"Dengan resiprositas, sebagaimana didefinisikan oleh Trump, tarif AS mungkin rata-rata akan lebih tinggi 10 hingga 15 poin persentase. Menurut pendapat saya, tarif sebenarnya merugikan ekonomi AS, jadi meskipun tarif akan meningkatkan pendapatan, tarif justru akan mengurangi pertumbuhan PDB," kata Hufbauer kepada Xinhua.

Presiden dan CEO American Apparel & Footwear Association Stephen Lamar menggambarkan situasi tersebut sebagai lingkungan yang sangat kacau. "Sulit untuk membuat rencana jangka panjang yang berkelanjutan," tutur dia.
 

Baca juga: Trump Segera Bentuk Dewan Demi Genjot Produksi Migas Dalam Negeri
 

Mengganggu rantai pasok


Federasi Ritel Nasional (NRF), yang mewakili sektor ritel AS, telah memperingatkan skala besar usaha tersebut akan sangat mengganggu rantai pasokan.

"Hal ini kemungkinan akan mengakibatkan harga yang lebih tinggi bagi keluarga Amerika yang bekerja keras dan akan mengikis daya beli rumah tangga," kata David French, wakil presiden eksekutif hubungan pemerintah NRF, dalam siaran pers yang diterbitkan Kamis.

French mengatakan indeks sentimen konsumen bulanan Universitas Michigan terus menurun, menunjukkan konsumen khawatir tentang ketidakpastian perang dagang.

"Kami mendorong Presiden untuk mengupayakan koordinasi dan kolaborasi dengan mitra dagang kami serta menciptakan stabilitas pada rantai pasokan dan anggaran keluarga kami," tambahnya.

Menyebut kebijakan perdagangan timbal balik sebagai langkah ke arah yang salah, Uni Eropa mengatakan tarif baru yang dikenakan akan merugikan ekonomi AS dengan menaikkan harga produk akhir yang dikonsumsi rakyat AS.

"Tarif adalah pajak. Dengan mengenakan tarif, AS mengenakan pajak kepada warga negaranya sendiri, menaikkan biaya bisnis, menghambat pertumbuhan, dan memicu inflasi. Tarif meningkatkan ketidakpastian ekonomi dan mengganggu efisiensi serta integrasi pasar global," ungkap Komisi Eropa

Selain beban pajak yang meningkat, yang biasanya dibebankan dari importir ke konsumen, para ekonom juga telah memperingatkan mengenai konsekuensi parah bagi ekonomi global.

"Analisis kami menunjukkan dampak utamanya akan terjadi pada pertumbuhan. Jika dunia memasuki jalur menuju perang dagang, ini akan berdampak sangat negatif pada prospek pertumbuhan ekonomi global," ujar Wakil Presiden Bank Sentral Eropa Luis de Guindos.

"Kenaikan tarif dan kuota merupakan guncangan pasokan yang negatif, terutama jika disertai dengan tindakan balasan. Lingkaran setan ini harus dihindari," tambah dia.


(Presiden AS Donald Trump. Foto: Anadolu Agency)
 

Tarif Trump


Beberapa waktu lalu, Trump menandatangani proklamasi untuk mengenakan tarif sebesar 25 persen pada semua impor baja dan aluminium dan mengakhiri semua kuota bebas bea, pengecualian, dan pengecualian untuk tarif baja dan aluminium.

Pada 1 Februari, Trump menandatangani perintah untuk mengenakan tarif sebesar 25 persen pada barang-barang dari Meksiko dan Kanada, beserta tarif sebesar 10 persen pada produk-produk Tiongkok. Ia kemudian menghentikan sementara tarif pada Kanada dan Meksiko selama satu bulan untuk memungkinkan negosiasi.

Menurut studi baru oleh Peterson Institute for International Economics, tarif Trump terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok, jika diberlakukan, akan membebani rumah tangga AS pada umumnya, atau median, dengan kenaikan pajak lebih dari USD1.200 setahun.

Tarif tersebut dapat menghantam negara-negara berkembang dengan sangat keras, khususnya India, Brasil, Vietnam, dan negara-negara Asia Tenggara dan Afrika lainnya, mengingat mereka memiliki beberapa perbedaan terlebar dalam tingkat tarif yang dikenakan pada barang-barang AS yang dibawa ke negara mereka dibandingkan dengan apa yang dikenakan AS kepada mereka.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)