Ilustrasi, dolar AS. Foto: dok Economies.com
Eko Nordiansyah • 21 April 2025 12:10
Jakarta: Menurut analis di Capital Economics, kekhawatiran mengenai status safe haven tradisional dolar AS muncul menyusul pengumuman tarif timbal balik Presiden Donald Trump.
Melansir Investing.com, Senin, 21 April 2025, indeks yang melacak dolar terhadap sekelompok pasangan mata uangnya merosot pada awal bulan ini saat pasar di seluruh dunia terguncang oleh pengenaan tarif Trump.
Pada 2 April, presiden mengumumkan tarif timbal balik yang luas terhadap berbagai negara, tetapi kemudian menundanya setelah terjadi volatilitas ekstrem di pasar saham dan obligasi.
Gedung Putih juga mengecualikan beberapa produk terkait teknologi, termasuk elektronik konsumen seperti smartphone dan komputer, dari tarif tersebut, meskipun Trump menyarankan bahwa langkah ini kemungkinan bersifat sementara dan bea tambahan untuk semikonduktor mungkin masih akan datang.
Pada Senin lalu, dolar melemah, berada di dekat level terendah tiga tahun, sementara yen Jepang dan euro menguat. Kegelisahan di kalangan investor tentang kepemilikan aset AS semakin meningkat, membuat beberapa pedagang mundur dari posisi mereka di dolar dan mengalihkan uang ke pasar lain.
Dalam catatan kepada klien, analis Capital Economics mengatakan bahwa "kerusakan tidak langsung" telah terjadi pada dolar akibat tarif tersebut, menciptakan ketidakpastian ekstrem seputar prospek ekonomi yang lebih luas dan melemahkan kepercayaan pada institusi dan pasar aset AS.
Baca juga:
Seberapa Besar Kepemilikan Dunia Terhadap Aset Amerika? |