Ini Dampak Positif dan Negatif Tarif Trump bagi Indonesia

Presiden AS Donald Trump. Foto: EPA-EFE/Jim Lo Scalzo.

Ini Dampak Positif dan Negatif Tarif Trump bagi Indonesia

M Ilham Ramadhan Avisena • 7 February 2025 16:15

Banda Aceh: Bank Indonesia (BI) menilai kebijakan-kebijakan yang telah dan akan diambil oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald J. Trump akan memberikan dampak positif dan negatif terhadap perekonomian Indonesia.

Untuk itu, kecermatan diperlukan bagi Indonesia untuk menangkap peluang dan memitigasi dampak negatif yang berpotensi muncul.

"Jadi ada risiko dan juga ada peluang. Ini yang masih terus kita pantau dampaknya seperti apa," ujar Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Juli Budi Winantya dalam taklimat media di Kantor Perwakilan Wilayah BI Banda Aceh, Aceh, Jumat, 7 Februari 2025.

Kebijakan tarif tinggi dari Trump, misalnya, akan memberikan dampak negatif dan risiko bagi ekonomi Indonesia. Kebijakan tarif tinggi itu sejatinya ditujukan kepada Tiongkok yang merupakan mitra dagang utama Indonesia.

Hal itu pada akhirnya bakal berdampak pada perekonomian Tiongkok. Juli mengatakan, jika ekonomi Tiongkok terganggu, maka kinerja perdagangan Indonesia dengan Negeri Tirai Bambu juga bakal terdampak.

"Mereka mitra dagang utama kita, sehingga yang terjadi di mereka berdampak ke kita, ada risiko ekspor melambat. Kedua, karena produk Tiongkok tidak bisa dijual ke AS, bisa jadi membanjiri masuk ke Indonesia," jelas Juli.



Ilustrasi ekspor impor Indonesia. Foto: dok MI/Pius Erlangga.

 

Baca juga: BI Cabut dan Tarik Uang Emisi Khusus Rp150 Ribu dan Rp10 Ribu
 

Dampak positif kebijakan tarif tinggi


Sementara dampak positif dari kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan Trump ialah peluang bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor. Apalagi produk-produk yang dihasilkan Indonesia tak jauh berbeda dengan Tiongok.

Selain itu, sama seperti dengan saat Trump pertama kali menjabat Presiden AS, banyak perusahaan merelokasi pabrik dari Tiongkok ke negara lain karena kebijakan dagang yang dikeluarkan. "Pada 2017-2018, saat penerapan tarif, Trump 1.0 banyak perusahaan merelokasi pabrik dari Tiongkok ke Vietnam, namun mereka tidak lagi menjadi tujuan, sehingga Indonesia ada di posisi yang bagus untuk bisa memanfaatkan peluang itu," terang Juli.

Lebih lanjut, dampak kebijakan Trump juga perlu dilihat secara menyeluruh ke berbagai aspek perekonomian dalam negeri. BI, kata Juli, bakal terus memonitor perkembangan yang ada untuk tetap bisa menjaga nilai tukar rupiah, mengendalikan inflasi, hingga mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

"Kebijakan Trump tentu akan kita lihat seperti apa dampaknya ke nilai tukar rupiah, inlfasi, dan bagaimana keperluan utk dorong pertumbuhan ekonomi ke depan. Tentunya dari waktu ke waktu dalam Rapat Dewan Gubernur akan terus kita lihat dinamikanya seperti apa," jelas Juli. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)