Presiden AS Donald Trump. (Anadolu Agency)
Eko Nordiansyah • 27 April 2025 20:17
Washinton: Sejak Presiden AS Donald Trump pertama kali mengumumkan tarif menyeluruh terhadap sebagian besar negara pada awal bulan ini, investor telah mencoba menilai apakah kebijakan perdagangan agresifnya akan memicu resesi dalam perekonomian AS.
Dikutip dari Investing.com, saham telah berfluktuasi setelah mencatat salah satu penurunan tercepat dalam beberapa dekade, sementara spread kredit telah melebar, kurva imbal hasil telah menanjak, dan harga minyak telah merosot.
Namun Macro Strategist di Deutsche Bank Henry Allen menyebut, jelas bahwa investor belum sepenuhnya memperhitungkan penurunan dalam perekonomian terbesar di dunia.
Dalam catatan kepada klien, Allen menunjukkan bahwa penurunan ekuitas sebenarnya lebih dangkal dibandingkan resesi baru-baru ini, begitu juga dengan pelebaran spread kredit dan penurunan harga minyak mentah.
"Pasar jelas tidak melihat resesi sebagai sesuatu yang tak terhindarkan. Prediksi semacam itu kemungkinan akan melemah jika tarif timbal balik Trump tidak kembali berlaku setelah jeda 90 hari baru-baru ini," kata Allen.
Baca juga:
Konsumen Tiongkok Bisa Menggantikan Konsumen AS, Tapi Ada Syaratnya |