Ilustrasi kelapa sawit. Foto: Dokumen Ditjenbun Kementan.
M Ilham Ramadhan Avisena • 28 August 2024 18:13
Jakarta: Industri kelapa sawit disebut memainkan peranan strategis bagi perekonomian. Sebab produk-produk yang dihasilkan oleh kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan masyarakat sehari-hari.
Analis Kebijakan Madya Pusat Kebijakan Pendapatan Negara Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Nursidik Istiawan mengungkapkan, kondisi itu turut menjadikan industri kelapa sawit sebagai sektor yang mampu memberikan nilai tambah tinggi.
"Kelapa sawit itu men-support banyak industri, di mana kalau lihat dari peran strategis industri sawit, ada peningkatan nilai tambah dalam perekonomian," ujar Nursidik dalam taklimat media bertajuk Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Rabu, 28 Agustus 2024.
Nursidik mengatakan jika nilai Crude Palm Kernel Oil (CPKO) dan Crude Palm Oil (CPO) sama dengan satu, maka ada nilai tambah untuk produk turunan seperti minyak goreng 1,3 kali; biodiesel (FAME) 1,33 kali; margarin 1,86 kali; lemak cokelat 1,73 kali; fatty acid 1,88 kali; fatty alcohol 1,60 kali; dan kosmetik 3,88 kali.
Selain itu kelapa sawit juga dapat diolah dan menghasilkan produk turunan yang dapat dimanfaatkan untuk menjalankan mandatori biodiesel 15 persen (B15) dan menjadi B35. Nursidik mengatakan, peningkatan produksi biodiesel juga menjadi salah satu faktor yang mampu menjaga permintaan CPO domestik.
Setidaknya 64,1 persen produksi biodiesel dipakai untuk konsumsi domestik yang menjadi bagian program mandatori biodiesel, sementara sisanya digunakan untuk ekspor. "Jadi cukup tinggi peran dari kelapa sawit terhadap industri yang selanjutnya dan ini perlu kita teruskan," tutur dia.
"Bagaimana caranya agar nilai tambah itu tercipta di dalam perekonomian kita, sehingga kemudian dapat diambil manfaatnya oleh para pelaku industri termasuk industri kelapa sawit itu sendiri," tambah dia.
Baca juga: Produksi Minyak Sawit di Indonesia Kian Meredup |