Wasting adalah kondisi anak yang berat badannya menurun seiring waktu hingga total berat badannya jauh di bawah standar kurva pertumbuhan. Foto: ist.
Ade Hapsari Lestarini • 27 February 2024 11:44
Jakarta: Persoalan mengenai kondisi kurangnya gizi pada anak di Indonesia masih mengemuka dan menjadi titik perhatian berbagai pihak. Hasil survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, sebanyak 21,6 persen balita mengalami stunting dan 7,7 persen balita mengalami wasting.
Jika selama ini awam sudah familiar dengan istilah stunting, problem lain yang tak kalah serius mengenai gizi buruk adalah wasting. Sebagaimana diinformasikan dalam laman Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, wasting adalah kondisi anak yang berat badannya menurun seiring waktu hingga total berat badannya jauh di bawah standar kurva pertumbuhan atau berat badan berdasarkan tinggi badannya rendah (kurus) dan menunjukkan penurunan berat badan (akut) dan parah.
Stunting dinilai menimbulkan kerugian ekonomi sebesar dua persen sampai tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun. PDB Indonesia sekitar Rp13 ribu triliun.
Lalu apa perbedaannya dengan
stunting?
"
Wasting berbeda dengan stunting. Kalau stunting kita bicara tentang tinggi badan, sedangkan
wasting kita bicara soal berat badan. Tidak seperti
stunting yang prosesnya kronis sampai kejadian,
wasting ini bisa saja terjadi dalam waktu yang lebih singkat. Misal, anak sakit, diare, muntah-muntah. Lalu bisa juga karena asupan kalori jauh di bawah kebutuhan anak," ujar dr. Miza Afrizal, SpA, Selasa, 27 Februari 2024.
Persoalan
wasting tidak dapat dianggap sepele, karena jika penanganannya terlambat dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian. Untuk mengantisipasi hal ini, tentunya orangtua perlu dibekali pengetahuan mengenai apa itu
wasting untuk mengenali gejalanya dan bagaimana cara mengantisipasinya. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut anak-anak
wasting mempunyai risiko tiga kali lipat untuk menjadi stunting.
Lebih lanjut, Miza memaparkan caar mencegah terjadinya
wasting pada anak, yaitu melalui metode ABC. A yakni asupan yang cukup dengan memberikan asupan nutrisi sesuai kebutuhan kalori harian anak, ingat utamakan protein hewani seperti daging, ayam, ikan dan lain-lain. B yakni memberikan makanan yang berkualitas dan terjaga kebersihannya agar nutrisinya lengkap. Jika diperlukan berikan suplementasi vitamin tambahan.
"Kemudian C, cek berkala berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala anak. Idealnya satu bulan sekali hingga anak berusia dua tahun dan minimal tiga bulan sekali untuk anak di atas dua tahun. Tak lupa juga untuk mengecek apakah status imunisasi anak sudah lengkap sesuai umurnya," kata dia.
Antisipasi wasting
Setelah mengetahui apa itu
wasting dan bagaimana cara pencegahannya, para orangtua dapat melakukan upaya-upaya antisipasi agar anak-anak mereka terhindar dari
wasting.
Selain pemenuhan nutrisi, untuk tetap dapat menjaga kesehatan anak dapat juga dilakukan dengan memberikan multivitamin tambahan secara rutin bila diperlukan, agar nafsu makan akan tetap terjaga sehingga meningkatkan sistem imun mereka. Dengan daya tahan tubuh yang baik, tentunya anak juga memiliki kesempatan untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal.
Hal ini sejalan dengan produsen multivitamin Sakatonik ABC yang terus berupaya membantu mengedukasi dan mengkampanyekan persoalan pentingnya menekan angka gizi buruk di Indonesia. Dalam hal ini,
wasting masih belum banyak diketahui oleh khalayak. Dengan menyosialisasikan mengenai
wasting, harapannya, para Ibu dapat memaksimalkan tumbuh kembang anak-anak mereka.
Sakatonik ABC multivitamin anak-anak dalam bentuk tablet hisap yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh anak hadir untuk memberikan dukungan kepada anak-anak Indonesia sehingga dapat menjadi anak-anak unggul, sehat, dan bahagia. Dengan kandungan vitamin A, B, C, D, dan E, Sakatonik ABC dapat membantu menjaga kesehatan anak-anak dan membantu memenuhi kebutuhan multivitamin untuk anak-anak di usia pertumbuhan dan pada masa penyembuhan setelah sakit.