Bahlil: Smelter Bukan Sekadar Proyek Infrastruktur

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia. Foto: Dokumen Kementerian ESDM

Bahlil: Smelter Bukan Sekadar Proyek Infrastruktur

Annisa Ayu Artanti • 23 September 2024 17:09

Jakarta: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bukan sekadar proyek infrastruktur.

Dia menekankan pembangunan smelter merupakan langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam kita dan bukan sekadar proyek infrastruktur. Dengan adanya smelter, menurutnya, Indonesia di masa depan tidak hanya mengekspor bahan mentah tetapi juga produk jadi yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
 
"Dengan beroperasinya smelter-smelter ini, nilai tambah dari sumber daya mineral kita akan semakin meningkat, sehingga dapat meningkatkan devisa negara, membuka lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah," kata Bahlil saat peresmian Smelter Katoda Tembaga dan Smelter Precious Metal Refinery PT Amman Mineral Nusa Tenggara, di Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat seperti dikutip dari laman Kementerian ESDM, Senin, 23 September 2024.
 
Dengan kapasitas produksi yang mampu mengolah 900 ribu ton konsentrat tembaga per tahun, smelter Amman akan menghasilkan katoda tembaga berkualitas tinggi yang menjadi bahan baku utama dalam berbagai industri strategis, seperti elektronik, otomotif, dan konstruksi.
 
Selain itu, produksi emas, perak, dan selenium akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian nasional.

Pada Mei 2024, proyek pembangunan smelter tembaga Amman telah mencapai tahap yang signifikan.
 
Baca juga: 

Jokowi: Tak Punya Smelter, Nilai Tambah Hasil Tambang Enggak Ada di Indonesia




Fasilitas processing plant di Amman. Foto: Amman Mineral
 

Smelter telah memasuki tahap komisioning sejak 31 Mei 2024


Berdasarkan hasil verifikasi independen, smelter telah memasuki tahap komisioning sejak 31 Mei 2024. Tahap ini menandai kesiapan smelter untuk memulai operasi produksi. Smelter ini dirancang untuk memproses 900 ribu ton per tahun konsentrat tembaga menjadi 220 ribu ton per tahun katoda tembaga dengan kualitas tinggi (LME Grade A).

Selain itu, smelter juga akan menghasilkan 830 ribu ton asam sulfat sebagai produk sampingan.
 
Selain produksi katoda tembaga dan asam sulfat, smelter Amman juga dilengkapi dengan fasilitas pengolahan lumpur anoda (PMR). Fasilitas PMR ini akan memproses 970 ton lumpur anoda per tahun menjadi berbagai produk bernilai tambah seperti emas, perak, dan selenium.

Produksi emas olahan dengan kemurnian 99,99 persen telah dimulai sejak akhir Januari 2023, sementara produksi perak dan selenium akan dimulai pada akhir Mei 2024.

Dengan demikian, smelter Amman tidak hanya fokus pada produksi tembaga, tetapi juga mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada untuk menghasilkan berbagai produk bernilai tambah lainnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)