Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Jakarta: Harga beras diprediksi baru akan turun pada April 2024.
Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti memprediksi harga beras akan turun apabila pasokan beras bisa memenuhi permintaan pasar.
"Betul, di daerah masih tinggi. Prediksi saya harga beras turun pada saat suplai beras di pasar cukup atau bisa memenuhi permintaan pasar," kata Esther dilansir Media Indonesia, Jumat, 1 Maret 2024.
Lebih lanjut, Esther menjelaskan berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan) yang berasal dari Kerangka Sampel Area (KSA) BPS, didapati produksi beras pada Januari 2024 adalah sebanyak 0,91 juta ton. Sedangkan kebutuhan beras berada di angka 2,63 juta ton.
Sementara Februari, produksi beras berada di angka 1,39 juta ton sedangkan kebutuhan beras berada di angka 2,46 juta ton.
Sedangkan Maret, lanjut Esther, berdasarkan KSA BPS yang mana memasuki musim panen raya, produksi beras berada di angka 3,51 juta ton. Sedangkan angka kebutuhan beras hanya 2,64 juta ton.
Sementara untuk April, produksi beras semakin tinggi yaitu di angka 4,8 juta ton dan kebutuhan beras hanya di angka 2,67 juta ton.
Di momen inilah dirinya memprediksi harga beras akan mengalami penurunan.
"Itu terjadi sekitar April Mungkin setelah lebaran. Kalo bisa turun segera lebih baik," ujar Esther.
Tantangan geografis Indonesia
Di sisi lain, Peneliti Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Eliza Mardian menyebut Indonesia memiliki tantangan geografis, sehingga berpengaruh kepada biaya logistik dan pendistribusian logistik.
"Ini yang menyebabkan disparitas harga komoditas antar daerah, termasuk beras. Kelancaran distribusi menjadi kunci dalam mengendalikan harga," ucap Eliza.
Terkait harga beras di daerah yang belum juga turun, Eliza menuturkan bahwa hal tersebut disebabkan karena ketersediaan beras di daerah yang berbeda-beda.
"Harga ini terbentuk dari penawaran dan permintaan. Untuk Pasar Induk Cipinang kemungkinan besar (harga) turun karena impor sudah banyak berdatangan," jelas dia.