Ilustrasi. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 24 April 2025 09:01
Washington: Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan risiko tingkat utang pada setiap negara di dunia akan mengalami kenaikan. Ini terjadi jika pendapatan fiskal dan output ekonomi menurun lebih signifikan dari perkiraan saat ini, imbas meningkatnya tarif dan melemahnya prospek pertumbuhan.
"Rangkaian pengumuman tarif baru-baru ini oleh Amerika Serikat, dan tindakan balasan oleh negara-negara lain telah meningkatkan volatilitas pasar keuangan, melemahkan prospek pertumbuhan, dan meningkatkan risiko (tingkat utang)," tulis pejabat IMF dalam sebuah unggahan blog, dikutip dari Xinhua, Kamis, 24 April 2025.
Dalam unggahan itu pula, IMF menekankan pergeseran kebijakan utama saat ini akan memperburuk ketidakpastian global. "Mereka datang dalam konteks meningkatnya tingkat utang di banyak negara dan keuangan publik yang sudah terbebani, yang dalam banyak kasus juga perlu mengakomodasi peningkatan pengeluaran baru dan permanen, seperti pertahanan," jelas IMF.
"Meningkatnya imbal hasil di negara-negara ekonomi utama dan melebarnya spread di pasar negara berkembang semakin memperumit lanskap fiskal," tambah IMF.
IMF memproyeksikan utang publik global akan meningkat sebesar 2,8 poin persentase tahun ini, sehingga tingkat utang akan melampaui 95 persen dari produk domestik bruto (PDB). Tren peningkatan ini kemungkinan akan terus berlanjut, dengan utang publik mendekati 100 persen dari PDB pada akhir dekade ini, melampaui tingkat pandemi.
"Di tengah ketidakpastian kebijakan yang substansial dan perubahan lanskap ekonomi, tingkat utang dapat meningkat lebih jauh," catat pejabat IMF.
Menurut risiko utang dari Fiscal Monitor, dalam 'skenario yang sangat buruk', utang publik global dapat mencapai 117 persen dari PDB pada 2027. Ini akan menjadi tingkat tertinggi sejak Perang Dunia II, melampaui proyeksi referensi hampir 20 poin persentase.
"Risiko terhadap prospek fiskal semakin meningkat. Tingkat utang dapat meningkat lebih jauh dari perkiraan risiko utang jika pendapatan dan output ekonomi menurun lebih signifikan dari perkiraan saat ini karena peningkatan tarif dan melemahnya prospek pertumbuhan," menurut blog tersebut.
"Selain itu, meningkatnya ketidakpastian geoekonomi dapat meningkatkan risiko utang, sehingga meningkatkan utang publik melalui peningkatan pengeluaran, terutama di bidang pertahanan," kata pejabat IMF seraya menambahkan permintaan dukungan fiskal juga dapat meningkat bagi mereka yang rentan terhadap gangguan parah akibat guncangan perdagangan, sehingga meningkatkan pengeluaran.
Baca juga: Bos IMF Wanti-wanti Dunia soal Ketidakpastian Akibat Kenaikan Tarif |