Curah Hujan 2025 Diprediksi Meningkat, Waspada Bencana Hidrometeorologi Basah

Ilustrasi. Dok Metro TV.

Curah Hujan 2025 Diprediksi Meningkat, Waspada Bencana Hidrometeorologi Basah

Atalya Puspa • 5 November 2024 08:31

Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan ada potensi penambahan curah hujan hingga 20 persen pada 2025 akibat fenomena La Nina. Dengan demikian, dapat menyebabkan peningkatan frekuensi bencana hidrometeorologi. 

"Kementerian/lembaga dan pemerintah daerah terkait perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana tersebut," kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan dalam keterangan resmi, Selasa, 5 November 2024.

BMKG juga menyertakan sejumlah rekomendasi umum untuk sektor-sektor terkait atau terdampak oleh fenomena iklim tersebut. Di antaranya terkait prediksi kondisi curah hujan normal hingga atas normal pada. Ia menyebut kondisi ini sangat cocok untuk mendukung upaya meningkatkan produktivitas tanaman pangan di wilayah-wilayah sentra pangan.

Namun, bagi daerah sentra produksi pangan yang diprediksi mengalami hujan bawah normal, kata Ardhasena, masih dapat melakukan tindakan antisipasi penyesuaian pengelolaan aktivitas pertanian dengan penyesuaian pola tanam dan ketersediaan air. BMKG juga menyarankan melakukan pemilihan bibit komoditas yang lebih sesuai dengan kondisi tersebut.

"Dengan upaya dukungan intensifikasi seperti irigasi dan upaya pendukung lainnya, wilayah sentra produksi pangan tersebut masih berpotensi menghasilkan produktivitas tanaman pangan yang baik," tuturnya.
 

Baca juga: Puluhan TPS di Cirebon Berlokasi di Daerah Rawan Bencana

Sedangkan, untuk wilayah yang terdapat potensi jumlah curah hujan tahunan 2025 melebihi rata-rata atau di atas normal, perlu diantisipasi potensi kejadian hidrometeorologi ekstrem basah dan dampak turunannya seperti banjir dan tanah longsor. Khususnya, pada puncak musim hujan. 

Langkah antisipatif juga diperlukan untuk wilayah yang berpotensi mengalami curah hujan di bawah normal yang dapat memicu kekeringan dan dampak lanjutannya berupa kebakaran hutan dan lahan. Khususnya, pada puncak musim kemarau.

Ia menyebut perlu adanya peningkatan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air pada wilayah urban atau yang rentan terhadap banjir. Seperti penyiapan kapasitas pada sistem drainase, sistem peresapan dan tampungan air, agar secara optimal dapat mencegah terjadinya banjir. 

"Selain itu juga perlu dipastikan kehandalan operasional waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya untuk pengelolaan curah hujan tinggi saat musim hujan dan penggunaannya sumber daya air di saat musim kemarau," paparnya.

Sementara itu, ia mengatakan risiko kekeringan dan kebakaran hutan tetap harus diperhatikan pada musim kemarau, meskipun prediksi curah hujan cenderung di atas normal pada Juli-September 2025. Kewaspadaan ini tetap diperlukan mengingat data catatan bencana menunjukkan bahwa setiap tahun selalu terdapat kejadian kebakaran hutan dan lahan. Kewaspadaan juga diperlukan untuk antisipasi suhu udara yang mengalami kenaikan pada Mei-Juli 2025.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arga Sumantri)