Keuntungan dan Tantangan Bergabungnya Indonesia dalam BRICS

Ilustrasi BRICS. Foto: TASS

Keuntungan dan Tantangan Bergabungnya Indonesia dalam BRICS

Annisa Ayu Artanti • 22 January 2025 18:48

Jakarta: Deputi Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Tirta N Nursitama, mengungkapkan sejumlah keuntungan dan tantangan yang dihadapi Indonesia setelah bergabung dengan kelompok ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan).
 
Terdapat berbagai keuntungan Indonesia bergabung dengan BRICS. Mulai dari transfer teknologi hingga diversifikasi sumber investasi.
 
"Saya kira keuntungannya meningkatkan kapabilitas teknologi kita," kata Tirta dalam dalam Diskusi Denpasar 12 - Edisi 219, Rabu, 22 Januari 2025.
 
Tirta menyebut salah satunya dengan India. Menurutnya, India memiliki keunggulan di sektor teknologi kesehatan dan farmasi yang dapat mendukung pengembangan industri di Indonesia.
 
Tirta menyoroti bahwa negara-negara BRICS, khususnya India dan Tiongkok, memiliki keunggulan dalam teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat kemampuan perusahaan-perusahaan Indonesia. Hal ini berpotensi meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat global.
 
Baca juga: 

Wakil Ketua MPR RI Soroti Peluang dan Tantangan Indonesia Bergabung dalam BRICS



Ilustrasi. Foto: Medcom.id
 
Selain itu, lanjut Tirta, bergabungnya Indonesia ke BRICS juga membuka akses pasar baru dan memberikan peluang untuk diversifikasi investasi.
 
"Kita juga bisa terus meningkatkan daya saing dengan internasional tentu dengan bergabungnya dengan BRICS. Tadi maksudnya untuk kita daya tawar kepada blok lain atau kepada negara lain mungkin juga lebih meningkat kemudian juga tadi peluang ekspansi pasar akses kebenaran alternatif," ucap dia.
 
Selain itu, dalam bahan paparannya juga dituliskan keuntungan bergabung dengan BRICS adalah akses pendanaan alternatif dan diversifikasi sumber investasi.
 
Terdapat pemanfaatan lembaga seperti New Development Bank (NDB) untuk mendapatkan pendanaan infrastruktur dengan syarat yang lebih fleksibel.
 
"Harapannya ada alternatif sumber investasi tidak hanya dengan negara-negara asal yang sangat apa yang selama ini konvensional ya atau tradisional," sebut dia.
 
Sementara terkait tantangan Indonesia masuk dalam BRICS, Tirta menyebutkan diantaranya adalah ketergantungan terhadap Tiongkok menjadi besar. Lalu persaingan internal karena kekuatan produk dan komoditas yang mirip antar negara BRICS.
 
Kemudian terkait risiko geopolitik yang memperburuk hubungan negara-negara barat seperti Amerika Serikat. Selanjutnya tentang kualitas investasi yang masuk, khususnya untuk negara dengan standar regulasi yang lebih rendah.
 
"Kita tidak mau investasi yang datang juga hanya sekadar besaran saja tapi juga investasi yang bersih yang mendukung green energy renewable energy dan mendorong esg," jelas dia.
 
Terakhir, terkait implementasi kebijakan. Ia menilai Indonesia perlu mengelola kebijakan investasi dan perdagangan untuk menjembatani kebutuhan usaha setelah menjadi anggota BRICS.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)