Industri Mamin Jadi Kontributor Terbesar bagi PDB RI

Ilustrasi. Foto: Dokumen Kementerian Keuangan

Industri Mamin Jadi Kontributor Terbesar bagi PDB RI

M Ilham Ramadhan Avisena • 5 September 2024 16:10

Jakarta: Industri makanan dan minuman (mamin) Indonesia disebut berperan penting pada perekonomian nasional. Pasalnya, sektor tersebut mampu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2024, yakni 5,53 persen.

Capaian itu membuat industri pangan berkontribusi 40,33 persen di industri non-migas terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Hal itu disampaikan Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Penguatan Kemampuan Industri Dalam Negeri Ignatius Warsito dalam pembukaan Food Ingredients Asia Indonesia di JIExpo.

"Itu menjadikannya sebagai subsektor dengan kontribusi PDB terbesar," ujar dia dikutip dari Media Indonesia, Kamis, 5 September 2024.

Capaian pertumbuhan industri makanan minuman itu jauh lebih baik dari pertumbuhan industri non-migas yang tumbuh 4,63 persen dan pertumbuhan ekonomi secara umum di angka 5,05 persen.

Warsito mengungkapkan, torehan itu tak luput dari banyaknya skala usaha yang terlibat dalam ekosistem industri makanan dan minuman nasional.

 
Baca juga: 

Industri Pangan Harus Bisa Bersaing Global

Bahan makanan minuman Indonesia jadi perhatian banyak negara

Selain itu, performa dari bahan makanan dan minuman Indonesia juga mulai dikenal dunia dan menarik perhatian banyak negara. Produk seperti minyak kelapa sawit hingga rempah-rempah semacam lada, kunyit, jahe, dan cengkih menjadi primadona di pasar ekspor.

"Nilai ekspor rempah-rempah utuh Indonesia mencapai USD469 juta, terbesar nomor 5 dunia. Hal ini berbanding terbalik dengan ekspor produk olahan rempah, Indonesia hanya menduduki peringkat 18 di dunia dengan nilai USD360 juta," kata Warsito.


"Market share produk olahan rempah dunia adalah sebesar USD22 miliar, hal ini menunjukkan peluang hilirisasi industri pengolahan rempah yang meningkatkan nilai tambah sumber daya lokal dalam negeri masih sangat besar," sambung dia.

Warsito menerangkan, Kementerian Perindustrian berupaya mengembangkan industri makanan dan minuman melalui penerapan kebijakan fiskal dan nonfiskal.
Usulan berupa insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance, dan juga super tax deduction telah dilakukan sebagai salah satu strategi untuk mendorong investasi, penguasaan teknologi, dan penguatan struktur industri.

Sementara pada kebijakan nonfiskal, Kemenperin mengeklaim terus aktif memfasilitasi promosi produk makanan dan minuman melalui pameran di dalam dan luar negeri.

"Kami juga aktif mendorong penelitian dan pengembangan, mendukung peningkatan penggunaan produk pertanian dalam negeri, dan mengadopsi teknologi yang lebih maju," jelas Warsito.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)