Lestari Moerdijat: 2024 Tahun yang Sangat Menantang

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat. Foto: dok MI/Pius Erlangga.

Lestari Moerdijat: 2024 Tahun yang Sangat Menantang

Ade Hapsari Lestarini • 10 January 2024 21:14

Jakarta: Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mencatat saat ini Indonesia sedang berhadapan dengan perubahan iklim. Sehingga berdampak pada ketahanan pangan dalam negeri.

Berdasarkan kondisi itu, Rerie -sapaan akrab Lestari- yang juga legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu menilai, 2024 merupakan tahun yang sangat menantang.

"Apalagi tahun ini pesta demokrasi digelar dan harus dilalui dengan gembira sebagai bagian dari pendidikan politik suatu bangsa," kata Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, saat membuka diskusi daring bertema Prospek Ekonomi Indonesia 2024 yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu, 10 Januari 2024.

Pendiri INDEF Didik J. Rachbini berpendapat dunia politik dan ekonomi itu sama-sama berdasarkan kontrak. Proses kontrak yang baik, menurut Didik, berdasarkan demokrasi, karena persyaratan kontrak yang bagus itu harus transparan dan seimbang.

"Pada praktik demokrasi Indonesia selama lima tahun ini, proses check and ballances mati dalam pengambilan sejumlah keputusan. Janji presiden dalam bidang ekonomi pada 2019 hanya satu indikator yang terealisasi yaitu inflasi yang terkendali," ujar Didik.

Menurut Didik, di masa pandemi covid-19 justru terjadi penyimpangan dari rencana keuangan. Sejak itulah pemerintah menarik utang dengan nilai di atas Rp1.000 triliun setiap tahun yang menjadi beban APBN.

 

Baca juga: Pemilu dan Kondisi Ekonomi Global Hantam Daya Konsumsi Masyarakat

Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global


Di sisi lain, Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Akhmad Akbar Susamto mengungkapkan terjadi penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2024. Akhmad juga memperkirakan inflasi dan suku bunga masih cukup tinggi sehingga kondisi keuangan global masih ketat.

Selain itu, dia juga memperkirakan nilai tukar rupiah relatif lemah karena ada potensi capital outflow. Berdasarkan kondisi tersebut, menurut Akhmad, Bank Indonesia akan terapkan suku bunga acuan tetap enam persen. Kebijakan tersebut, tegasnya, berkonsekuensi pada laju pertumbuhan kredit yang melambat. Sehingga, tambah Akhmad, kita hanya bisa berharap pada sektor riil untuk mendorong perekonomian.

Wartawan Media Indonesia Bidang Ekonomi, Raja Suhud berharap pemerintah dapat mengendalikan tingkat inflasi. Raja menilai potensi inflasi di sektor pangan meningkat tajam harus diwaspadai sebagai dampak sejumlah krisis geopolitik antarsejumlah negara yang masih terjadi.

Menurut dia, dalam indeks konsumen porsi cicilan utang masyarakat naik dari 9,3 persen menjadi 10 persen. Kelompok masyarakat kelas menengah, tambah dia, mulai menggunakan tabungan untuk membayar kebutuhan hidupnya.

Raja berharap pemerintah mampu menerapkan kebijakan yang lebih baik dari sisi pengendalian harga, demikian juga dengan BI mampu mengendalikan sisi moneter, agar perekonomian tetap terkendali.

Adapun diskusi dimoderatori Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI Radityo Fajar Arianto, dan menghadirkan Juru Bicara Kementerian Keuangan Republik Indonesia Yustinus Prastowo, Pendiri Institute for Development for Economics and Finance/INDEF dan Rektor Universitas Paramadina Didik J. Rachbini, serta Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Akhmad Akbar Susamto sebagai narasumber. Selain itu juga hadir Raja Suhud (Wartawan Media Indonesia Bidang Ekonomi) sebagai penanggap.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)