Jumlah Pemudik Tahun Ini Turun 24% Imbas Pelemahan Daya Beli

Ilustrasi jalan tol sepi karena jumlah pemudik tahun ini turun. Foto: Metrotvnews.com/Mulvi.

Jumlah Pemudik Tahun Ini Turun 24% Imbas Pelemahan Daya Beli

Insi Nantika Jelita • 23 March 2025 15:14

Jakarta: Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkapkan, akibat penurunan daya beli masyarakat, berdampak pada anjloknya proyeksi jumlah pemudik Lebaran tahun ini. 

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan jumlah pemudik tahun ini turun hingga 24 persen dibandingkan tahun lalu. Menurut Eko, keputusan masyarakat untuk tidak mudik erat kaitannya dengan keterbatasan dana di tengah kenaikan harga kebutuhan pokok. 

"Penurunan jumlah pemudik karena daya beli masyarakat yang melemah," ujar Eko kepada Media Indonesia, Minggu, 23 Maret 2025.

Masyarakat membutuhkan biaya besar, tidak hanya untuk perjalanan, tetapi juga untuk keperluan selama di kampung halaman, terutama saat Lebaran. Meskipun, ada potongan tarif tol dan diskon tiket pesawat, daya beli masyarakat yang melemah membuat masyarakat berpikir dua kali atau membatalkan perjalanan mudik mereka. 

"Walaupun ada diskon tarif tiket, namun masalah utamanya adalah daya beli yang turun. Akibatnya, banyak masyarakat yang tidak jadi pulang kampung," ucap dia. 
 

Baca juga: Pemudik Mulai Padati Jalan Tol
 

Jadi sinyal gejolak ekonomi


Terpisah, pakar kebijakan publik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jakarta Achmad Nur Hidayat berpendapat, penurunan jumlah pemudik tidak hanya mencerminkan perubahan pola mobilitas masyarakat, tetapi juga menjadi sinyal gejolak ekonomi nasional. 

Masyarakat, katanya, cenderung menunda belanja karena ekspektasi harga bahan pangan dan tiket perjalanan yang tinggi. Akibat adanya ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK), sehingga ada kehati-hatian dalam mengeluarkan konsumsi.

"Proyeksi penurunan jumlah pemudik ini menguatkan indikasi pelemahan ekonomi sedang terjadi. Di mana daya beli masyarakat tertekan oleh biaya hidup yang naik, serta ketidakpastian lapangan kerja," jelas Achmad. 

Di sisi lain, dengan penurunan 24 persen pemudik, aliran uang yang biasanya mengalir ke pembelian tiket, konsumsi di jalan, belanja kebutuhan Lebaran, dan tunjangan hari raya (THR), diprediksi menyusut signifikan. 


(Ilustrasi terminal bus sepi dari pemudik. Foto: Medcom.id/Roni Kurniawan)
 

Peredaran uang bisa terkontraksi hingga Rp232 triliun


Berdasarkan catatan Achmad, setiap pemudik diperkirakan mengeluarkan rata-rata Rp2 juta sampai Rp5 juta selama mudik. Jika 46,5 juta orang tidak mudik, potensi kontraksi peredaran uang bisa mencapai Rp93 triliun sampai Rp232 triliun. Sektor informal seperti pedagang kaki lima di terminal atau pasar tradisional di daerah tujuan mudik akan merasakan dampak terbesar. 

Lebih dari itu, efek multiplier dari belanja Lebaran, seperti peningkatan pendapatan pekerja logistik atau peningkatan permintaan bahan baku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga terancam menipis.  

Berdasarkan hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan bersama akademisi, memproyeksikan jumlah pemudik Lebaran 2025 mencapai 146,48 juta orang atau sekitar 52 persen dari penduduk Indonesia. Angka itu anjlok 24 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik.

"Hitung saja (penurunan pemudik) bila dibandingkan dengan realisasi tahun lalu," ujar Juru Bicara Kemenhub Elba Damhuri.

Elba kemudian menegaskan persiapan mudik Lebaran terus dilakukan pemerintah. Sarana dan prasarana transportasi yang memadai disiapkan untuk mendukung kelancaran mudik, antara lain menyediakan 30.451 unit bus, 772 kapal laut, 404 unit pesawat, serta 2.550 unit kereta api selama mudik Lebaran 2025.

"Kemenhub juga telah melakukan ramp-check untuk memastikan semua armada dalam kondisi laik jalan dan aman dioperasikan," tegas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)