Video viral aksi premanisme di SMA 2 Gloria Surabaya. (Metro TV)
Surabaya: Ira Maria, ibu dari EV siswa SMA Kristen Gloria 2 Surabaya, yang disuruh bersujud dan menggonggong layaknya anjing oleh IS, seorang pengusaha, mengaku trauma atas peristiwa tersebut. Karena syok, Maria mengaku sempat pingsan lantaran tak tega melihat buah hatinya diperlakukan kejam.
"Hati saya terluka dan sakit, saya hancur dan merasa gagal, lalu saya pingsan dan dibawa ke Rumah Sakit. Setelah selesai pulang dari RS, saya dihubungi IS untuk bertemu, tapi kami menolaknya," kata Maria, Kamis, 14 November 2024.
Maria menceritakan kronologis kejadian viral tersebut. Semula, kata dia, keributan dimulai sebelum kejadian video viral pada 21 Oktober lalu. Saat itu, sang anak bersama dengan teman-temannya sedang bercanda dan menyebut lucu pada EX, anak dari IS (pengusaha).
"Bermula dari guyonan (bercandaan) antara EV dan temannya, yang menyebutkan EX lucu, rambutnya seperti pudel. Itu terjadi saat guyonan di antara teman-temannya saja, dan tidak ada saling ejek atau EV mengatakan anjing secara langsung," kata Maria.
Tak terima merasa diejek seperti itu, EX kemudian mengirimkan pesan melalui WhatsApp kepada EV, untuk membuat video dan menulis surat permintaan maaf. Tak hanya itu, EX juga meminta EV membuat surat tertulis dibubuhkan materai. Namun EV tak memenuhinya.
"Saat itu saya melarang EV untuk merespons, karena mereka ini adalah anak di bawah umur dan belum dewasa secara hukum," ujarnya.
Puncaknya pada Senin, 21 Oktober 2024, EV mendapatkan pesan berisi ancaman dari EX, yang menyatakan akan mendatangi sekolah atau rumahnya untuk menemui EV. Karena khawatir, Maria mengaku coba menjemput langsung anaknya (EV) di sekolah.
"Ternyata saat saya tiba di sekolah sudah ramai. Saya sudah melihat banyak orang dewasa dengan pakaian bebas di depan sekolah. Saya dengan panik dan terkejut di situ sudah ada EX dan IS (pengusaha) itu," ungkap Maria.
Maria mengaku langsung mencari sang anak EV yang belum keluar dari sekolah. Maria bahkan sempat berinisiatif mendatangi seorang laki-laki berbaju putih yang mengaku sebagai sepupu EX. Dia lalu berusaha mendekati dan bertanya ada masalah apa.
"Nah, di situ dia mengatakan bahwa sepupu dia dikatai anjing oleh EV. Di situ saya klarifikasi bahwa
EV tidak pernah mengatakan anjing atau pudel secara langsung pada EX, dan dia sudah meminta maaf ada bukti chatnya," ucap Maria.
Saat itu Maria mencoba minta bantuan terhadap sepupunya, karena merasa takut dan memintanya untuk bertemu dengan ayah EX. Keduanya pun lalu bertemu dan berbicara, namun IS, ayah dari EX, kadung emosi hingga terjadilah EV diminta sujud dan menggonggong di hadapan IS.
"Kemudian pada malam hari, ada orang yang diminta IS untuk menjadi mediator, kalau kita tidak datang ke sana mereka yang akan datang ke sini (rumah saya)."
Mengetahui hal itu, Maria dan keluarganya merasa takut masalah ini berlarut-larut. Ia kemudian menuruti dan pergi ketempat yang ditunjuk IS. Di tempat itu, dirinya diyakinkan bahwa perdamaian ini akan baik-baik saja.
"Lalu suami saya disuruh minta maaf dan klarifikasi untuk membuat video bahwa tidak ada masalah. Kemudian IS menulis surat perjanjian damai, tapi surat itu tunggal hanya dimiliki dia," ujarnya.
"Isinya kami meminta maaf untuk karena sudah melakukan hal yang tidak menyenangkan pada anaknya dan dia (IS) juga minta maaf dan perjanjian itu tidak didasari dengan kompensasi apapun," lanjutnya.
Pada saat membuat video itu, Maria mengaku dijanjikan bahwa video merupakan klarifikasi pribadi dan tidak dipublikasikan atau untuk konsumsi publik. Namun tak lama kemudian video itu justru beredar luas di media sosial dan pada saat yang sama IS justru memberikan keterangan dan klarifikasi yang dianggapnya telah memutar balikkan fakta.
"IS membuat video juga untuk mengklarifikasi, tapi isinya tidak sesuai kenyataan dan memutar balikkan fakta, dan seolah-olah mereka yang menjadi korban," katanya.
Maria menyebut EV menjadi trauma dan selalu ketakutkan. Bahkan saat ditinggal pergi. "Awal-awal anak saya takut. Mau apa-apa takut, bahkan ketika ditinggal pergi dia selalu mencari saya. bahkan ketika saya minta buka pintu dia minta foto bahwa itu bener-bener papa mamanya," terang dia.
"Saya berusaha untuk diam, karena saya pikir masalah ini bisa diselesaikan baik-baik saja. Ternyata selama saya diam malah fakta dan kebenaran di luar semakin tidak sesuai," jelasnya.